REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil PBB di Suriah telah mendesak dunia internasional bertindak mencegah pembunuhan massal dan pemerkosaan di Kobane. Desakan ini disampaikan menyusul serangan udara AS yang gagal menghentikan serangan ISIS ke kota Kurdi Suriah.
Staffan de Mistura mengatakan Kobane menghadapi kekerasan mengerikan yang dilakukan oleh ISIS. "Dunia telah menyaksikan apa yang terjadi ketika sebuah kota direbut oleh kelompok teroris: pembunuhan, tragedi kemanusiaan, pemerkosaan, kekerasan yang mengerikan," katanya.
"Dunia internasional tidak bisa membiarkan kota lain jatuh ke tangan ISIS. Yang diperlukan sekarang adalah tindakan konkret. Dunia akan menyesal jika ISIS bisa mengambil alih. Kita harus beraksi sekarang," tambahnya, seperti dilansir dari Aljazeera.
Sementara itu, kelompok militan ISIS masih melanjutkan pergerakannya di kota itu. Bahkan, bendera hitam kelompok itu telah dikibarkan di tiga wilayah di timur Kobane setelah pertempuran sengit dengan tentara Kurdi-Suriah terjadi.
Menurut laporan koresponden Aljazeera, Yilmas Akinci, serangan udara telah menghantam pusat kota. "Sekitar 40 menit setelah serangan udara dilakukan, ISIS mulai menembaki pusat kota juga," kata Akinci.
Kelompok Observatori HAM Suriah mengatakan koalisi AS melakukan serangan udara terbaru terhadap ISIS di Raqqa. Sebuah bekas pangkalan brigade 93rd Rezim Suriah yang telah berubah menjadi markas ISIS dan berjarak 55 km dari Raqqa telah menjadi target dalam serangan ini.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan kota tersebut hampir dikuasai. Ia juga memperingatkan serangan udara AS tak cukup untuk menghentikan ISIS. "Teror ini tak akan berhenti, kecuali jika kita bekerja sama melakukan serangan darat," kata Erdogan. "Saya memberitahu Barat, menjatuhkan bom tidak akan menjadi solusi," jelasnya.
Taha Ozhan, penasehat senior perdana menteri Turki, mengatakan masalah utama Turki adalah rezim Suriah. "Tanpa mempertimbangkan Assad sebagai sumber masalah, membicarakan ISIS dan fokus pada ISIS hanyalah salah satu dimensi masalah," katanya.
Sementara itu, para demonstran pro-Kurdi dilaporkan telah bentrok dengan aparat kepolisian di Turki, termasuk di ibukota Ankara. Demonstrasi ini memprotes Turki yang tak melakukan tindakan melawan ISIS. Sembilan orang pun dilaporkan tewas dalam bentrokan ini.