REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- ISIS telah merebut lebih dari 300 desa di sekitar Kobane, dan memaksa lebih dari 160.000 orang menyelamatkan diri ke arah Turki, yang bertetangga sejak kelompok fanatik tersebut melancarkan serangannya pada 16 September.
Pasukan Kurdi yang mempertahankan Kobane mendesak koalisi pimpinan AS agar meningkatkan serangan udaranya terhadap petempur IS, yang mengatakan pengepungannya terhadap kota kecil Suriah tersebut.
Satu kelompok yang memantau perang saudara di Suriah menyatakan pasukan Kurdi menghadapi kekalahan yang tak terelakkan di Kobane kalau Turki tidak membuka perbatasannya untuk mengizinkan senjata lewat. Namun Ankara tampaknya enggan melakukan itu.
Koalisi pimpinan AS meningkatkan serangan udara terhadap sasaran IS di Kobane dan sekitarnya, yang juga dikenal dengan nama Ayn Al-Arab, sekitat empat hari sebelumnya. YPG, kelompok utama Kurdi bersenjata, mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa serangan udara telah menimbulkan banyak kerugian di pihak IS, tapi kurang efektif dalam dua hari belakangan.
Seorang pejabat militer Kurdi, yang berbicara dengan Reuters dari Kobane, mengatakan pertempuran di jalan membuat pesawat makin kesulitan untuk membidik posisi Negara islam.
"Kami menghadapi masalah, yaitu perang dari rumah-ke-rumah," kata Esmat Ash-Sheikh, pemimpin Dewan Pertahanan Kobane.
"Serangan udara menguntungkan kami, tapi Negaa Islam membawa tank dan senjata artileri dari timur. Kami sebelumnya tak melihat mereka menggunakan tank, tapi kemarin kami melihat beberapa tank T-57," ia menambahkan.