REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI — Dampak kekeringan mulai dirasakan para petani di Kabupaten Sukabumi. Pasalnya, ada sejumlah lahan pertanian yang kesulitan air akibat kekeringan.
‘’Dari data yang masuk, baru 135 hektare areal pertanian yang mengalami kekeringan,’’ ujar Kepala Seksi Perlidungan Tanaman, Dinas Pertanian Tanaman Pangan (DPTP) Kabupaten Sukabumi Sodikin kepada Republika, Senin (13/10).
Seratusan hektare lahan pertanian tersebut masih mengalami kekeringan tingkat ringan. Hingga kini kata Sodikin, belum ada laporan kasus kekeringan berat yang menyebabkan gagal panen atau puso. Sehingga petugas DPTP hanya melakukan pemanatauan terkait dampak kekeringan tersebut.
Bila jumlah lahan yang kekeringan meluas dan menyebabkab puso kata Sodikin, maka DPTP segera berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Targetnya, lahan pertanian tersebut bisa segera ditangani khususnya penyediaan sarana pengaiaran.
Sebelumnya, Kepala DPTP Kabupaten Sukabumi Sudrajat menerangkan, sebagian besar petani saat ini sudah beralih menanam palawija. Hal ini dikarenakan musim kemarau menyebabkan sarana pengairan bagi padi berkurang dibandingkan sebelumnya. Tanaman palawija pun dinilai tak terlalu banyak membutuhkan pasokan air.
Sudrajat mengatakan, lahan pertanian yang mengalami rawan terkena kekeringan berada di selatan Sukabumi. Mayoritas areal pertanian di daerah tersebut merupakan sawah tadah hujan. Menurut Sudrajat, pada musim kemarau ini para petani bisa memanfaatkan keberadaan alat pompa air yang tersebar di sejumlah kelompok tani. Namun, alat tersebut bisa berrfungsi bila di lokasi tersebut masih terdapat sumber air.