Oleh: Hannan Putra
Sebelum ditetapkannya kalender Hijriyah, masyarakat Arab memang sudah mempunyai nama-nama bulan dan hari sendiri.
Nama bulan tersebut diambil dari nama peristiwa, musim, atau kejadian besar yang pernah terjadi pada bulan itu. Banyak didapati hadis Rasulullah SAW yang menerangkan seputar fadilah (keutamaan) beberapa bulan, seperti Ramadhan, Dzulhijjah, dan bulan-bulan lainnya.
Namun, masyarakat Arab belum mempunyai suatu sistem penghitungan kalender yang rapi. Penghitungan juga belum sampai pada penghitungan tahun. Jadi, nama-nama bulan dalam kalender Hijriyah diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.
Nama-nama bulan mempunyai arti sendiri. Seperti Muharram, artinya yang diharamkan, yaitu bulan yang padanya diharamkan berperang yang terus berlaku sampai datangnya Islam.
Shafar, artinya kosong atau kuning karena pada bulan itu orang-orang masa lampau biasa meninggalkan rumah mereka bermusafir untuk berperang, berdagang, berburu, dan sebagainya. Akhirnya, rumah-rumah mereka kosong.
Rabiul Awal, artinya menetap yang pertama karena para lelaki Arab masa lampau pada bulan itu yang tadinya meninggalkan rumah mereka kembali pulang dan menetap. Rabiul Akhir, artinya menetap yang terakhir, yaitu menetap di rumah terakhir kalinya.
Jumadil Awal berarti kering, beku, atau padat yang pertama. Nama ini diambil karena pada bulan ini biasanya air menjadi beku. Demikian juga dengan Jumadil Akhir yang artinya kering, beku, atau padat yang terakhir. Masa kekeringan ini berlangsung dua bulan dan pada bulan inilah kekeringan untuk terakhir kalinya.
Rajab artinya mulia karena bangsa Arab tempo dulu memuliakannya, terutama 10 Rajab. Mereka merayakannya dengan berkurban anak unta. Tanggal satu Rajab juga dimuliakan dengan adanya upacara membuka pintu Ka’bah.
Syaban artinya berpencar, karena orang-orang Arab dahulu berpencar dan merantau untuk mencari kehidupan. Ramadhan berarti panas te rik atau terbakar. Karena, pada bulan ini Jazirah Arab sangat panas sehingga terik matahari dapat mem bakar kulit. Sedangkan, para mubalig dan dai mengartikan pembakaran sebagai pembakaran dosa-dosa.
Syawal berarti naik, karena pada bulan ini unta dan ternak menaikkan ekornya sebagai penolakan untuk kawin. Bulan Syawal juga dimaknai dengan bulan yang padanya bukanlah musim kawin. Para mubalig Islam mengartikan dengan bulan peningkatan amal ibadah setelah latihan berpuasa pada Ramadhan.
Dzulqa'dah artinya si empunya duduk karena kaum lelaki Arab dulu, pada bulan ini hanya duduk saja di rumah tidak bepergian kemanapun. Dzulhijjah artinya si empunya haji karena pada bulan ini sejak zaman Nabi Ibrahim AS, orang-orang biasa melakukan ibadah Haji atau ziarah ke Baitullah, Makkah.