REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Para pemimpin militer yang berasal dari 22 negara telah bertemu di Amerika Serikat membahas strategi mengalahkan ISIS. AS dan Rusia pun menyatakan kesepakatan untuk berbagi informasi terkait kelompok tersebut.
Presiden Barack Obama bertemu dengan menteri pertahanan dari 22 negara dan menyatakan sangat prihatin dengan pergerakan ISIS di provinsi Anbar Irak dan di Kobane Suriah. Ia pun berjanji AS akan melanjutkan serangan udaranya di kedua negara tersebut.
Obama juga mengatakan sejumlah serangan juga telah berhasil menghentikan pergerakan ISIS di Erbil dan Mosul.
"Ini akan menjadi operasi jangka panjang," kata Obama dilansir dari Aljazeera. "Kami masih berada di tahap awal. Dengan upaya militer, akan ada waktu dimana akan menang dan ada saatnya kalah. Namun koalisi kami masih bersatu dalam upaya ini," jelasnya dikutip dari Aljazeera, Rabu (15/10).
Pada Selasa, Menlu AS John Kerry juga bertemu dengan menlu Rusia Sergey Lavrov di Paris membahas perkembangan terakhir di Irak dan Suriah. Kerry mengatakan AS sepakat meningkatkan kerjasama intelijen terkait ISIS dan tantangan konterterorisme lainnya.
Ia mengatakan Moscow juga akan mempertimbangkan memberikan bantuan persenjataan dan melatih militer Irak. AS dan Rusia sama-sama khawatir warganya bergabung dengan ISIS dan akan membahayakan negaranya saat kembali.
"Terdapat sekitar 500 orang dari Rusia," kata Kerry. Jumlah ini termasuk militan Muslim yang berasal dari Kaukasus Utara. Serangan yang dipimpin oleh AS terhadap ISIS semakin ditingkatkan pada Selasa di kota Kobane.
Koalisi AS telah melancarkan 21 serangan udaranya dalam dua hari dan berhasil memperlambat pergerakan ISIS di kota tersebut.
Meskipun begitu, militer AS mengatakan situasi di wilayah tersebut masih tak pasti. Pusat Komando AS mengatakan serangan yang ditargetkan ke daerah ISIS dan kendaraan militernya dimaksudkan untuk melemahkan kekuatan ISIS.