Kamis 16 Oct 2014 16:08 WIB

Kurdi Pandu Serangan AS di Kobani, Benarkah?

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Salah satu misil Inggris yang digunakan Suku Kurdi di Irak.
Foto: Dailymail.co.uk/ca
Salah satu misil Inggris yang digunakan Suku Kurdi di Irak.

REPUBLIKA.CO.ID,

MURSITPINAR -- Amerika Serikat dan sekutunya meningkatkan serangan udara selama dua hari di sekitar Kobane. Serangan ini dilakukan dengan bantuan koordinasi dari pasukan Kurdi yang memberikan informasi koordinat target ISIS.

Koalisi militer AS mengatakan hampir 40 kali telah mengebom ISIS di sekitar Kobane dalam waktu 48 jam. Kota yang mayoritas dihuni oleh warga Kurdi di perbatasan Turki ini telah dikepung oleh ISIS selama empat pekan. PBB pun telah memperingatkan ancaman terjadinya pembunuhan massal jika kota ini jatuh ke tangan militan.

Koalisi AS telah mengebom ISIS di Irak sejak Agustus lalu dan memperluas serangan ke Suriah pada September. Setelah beberapa pekan kemudian, Kobani pun menjadi target utama serangan mereka.

Meskipun begitu, Pentagon menolak membenarkan adanya koordinasi dengan kelompok militer Kurdi YPG. "Saya tak memiliki informasi terkait koordinasi di lapangan," kata Laksamana John Kirby, juru bicara Pentagon.

Kirby mengatakan situasi di Kobani kini masih tak bisa dipastikan. Namun, Pentagon meyakini pasukan Kurdi masih menguasai kota tersebut.

Sementara, pejabat Kurdi mengaku YPG telah memberikan koordinat ISIS kepada aliansi AS. "Senior di YPG memberitahu koalisi lokasi target ISIS dan mereka menghantamnya," kata juru bicara YPG Polat Can.

"Beberapa militan mundur, tetapi mereka mengumpulkan kekuatan dan kembali lagi. Namun, karena serangan udara sangat tepat dengan koordinasi yang diberikan, mereka pun juga menghantam ISIS," katanya.

Dalam dua hari sejak Senin kemarin, militer AS melaporkan sebanyak 21 serangan dan 18 serangan dilakukan terhadap ISIS di dekat kota tersebut. Pekan lalu, koalisi AS juga telah menghantam daerah tersebut namun hanya enam hingga tujuh kali tiap harinya.

John Allen, wakil khusus AS yang bertanggung jawab membangun koalisi internasional melawan ISIS, mengisyaratkan Washington terbuka menerima informasi target dari berbagai sumber. Namun, Allen tidak menyebutkan apakah pasukan Kurdi telah memberikan informasi target kepada koalisi AS.

"Informasi berasal dari semua sumber yang berbeda terkait informasi lokal atau target. Dan kami menerima semuanya," kata Allen di Washington.

Pasukan YPG selama ini berupaya mempertahankan Kobani dari serangan ISIS yang menggunakan peralatan militer canggih. Kobani hampir jatuh ke tangan ISIS saat kelompok militan itu memasuki wilayah timur dan selatan serta mengibarkan bendera hitamnya. Dan pada Sabtu lalu, pemimpin Kurdi meminta bantuan serangan udara ditingkatkan.

Dalam beberapa hari ini, serangan udara AS pun meningkat. Presiden AS Barack Obama juga menyatakan keprihatinannya terkait situasi di Kobani serta di provinsi Anbar. Kelompok monitor juga mengatakan serangan tersebut lebih efektif dan menewaskan 32 militan ISIS pada pekan ini.

Rami Abdulrahman, kepala kelompok Observatori HAM Suriah, mengatakan tujuh militan ISIS telah tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kurdi pada Rabu. Sedangkan di pihak Kurdi, enam orang juga dinyatakan meninggal.

"Serangan udara lebih parah dari pada sebelumnya karena meningkatnya koordinasi dalam enam hari ini," katanya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement