Oleh: Hafidz Muftisany
Warga di sini menggantungkan kebutuhan air bersih untuk aktivitas harian dari bantuan pemerintah dan NGO.
Air mata menetes dari pelupuk mata H Jumadil, seorang tokoh masyarakat Desa Sokong, Nusa Tenggara Barat (NTB). Air yang mengalir dari matanya seolah menjadi ironi karena air menjadi kosakata yang mulai menghilang di desanya.
Desa Sokong, terutama Dusun Betumping, merupakan salah satu kawasan yang terpapar kekeringan sangat parah. Jumadil menangis bukan meratapi nasib kekeringan parah di daerahnya, namun terharu dengan bantuan Tim Formula Tanggap Bencana Al Azhar Peduli Ummat (APU).
Sehari penuh, tim APU dibantu warga masyarakat Sokong menerjang hutan dan menaiki bukit menempuh jarak 4,5 kilometer untuk memasang instalasi pipa bantuan air bersih. Menjelang matahari tergelincir di ufuk barat, pemasangan pipa air bersih baru tuntas.
Setelah lama tak mendengar deras air bersih memancar, akhirnya pada Ahad (12/10) masyarakat Desa Sokong kembali bisa menikmati air bersih.
Media Relations APU Yeny Herliana mengatakan bahwa APU sudah memetakan daerah terpapar kekeringan terparah di Indonesia. Musim kemarau yang berkepanjangan membuat beberapa daerah di Indonesia mengalami kekurangan sumber air. “Upaya yang kami lakukan, yakni instalasi pipa untuk saluran air dan dropping air bersih ke desa-desa terpencil,” ujarnya.
Yeny menjelaskan, selain NTB, APU juga menyalurkan bantuan ke Desa Sugihwaras dan Desa Kasegeran wilayah Bojonegoro, Jawa Timur. Tak seperti namanya yang bermakna banyak keselamatan dan kesegaran, dua desa ini justru kekurangan kesegaran dari air bersih.
“Saking kekurangannya, kami harus mendatangkan satu tangki air bersih untuk Dusun Banaran, Sugihwaras yang tak masuk rencana bantuan awal,” kata Yenny.
Kedatangan bantuan air bersih ini pun disambut sukacita penduduk. Berbondong mereka mengantre mengambil air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.