Ahad 19 Oct 2014 15:09 WIB

Pertamina: RI Siap Swasembada Energi dalam Lima Tahun

Rep: Elba Damhuri/ Red: Ichsan Emerald Alamsyah
Petugas memeriksa pipa gas di kapal Pertamina Gas 2 di ship to ship (STS) Teluk Kalbut, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (9/10).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas memeriksa pipa gas di kapal Pertamina Gas 2 di ship to ship (STS) Teluk Kalbut, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (9/10).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertaminaa menyatakan Indonesia siap swasembada energi dalam lima tahun mendatang. Kemandirian energi ini bertumpu pada peningkatan produksi minyak mentah, produk bahan bakar minyak (BBM), dan diversifikasi energi.

Plt Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen mengatakan sumber daya energi Indonesia begitu besar yang  tidak hanya tergantung pada migas, tetapi juga sumber energi baru dan terbarukan. Pertamina, kata Husen, sebagai BUMN di bidang energi sudah menyiapkan skenario untuk mewujudkan kemandirian energi ini.

"Kita, Pertamina, siap menjadi tulang punggung bagi upaya swasembada energi ini," kata Husen saat kunjungan silaturahim ke Republika, Jumat (17/10).

Untuk produksi migas, Pertamina sudah memiliki peta jalan untuk bisa memproduksi 2,2 juta barel setara minyak per hari (boepd) pada 2025. Pertamina juga terus menggalakkan program diversifikasi energi.

Pertamina, jelas Husen, mempunyai program improvement oil recovery dan enhanced oil recovery yang bisa meningkatkan produksi sekitar 100 ribu barel setara minyak per hari dari lapangan eksisting Pertamina. Badan usaha milik negara ini pun semakin giat melakukan eksplorasi untuk menambah cadangan baru sehingga produksi ke depan bisa terus ditingkatkan.

Husen menegaskan kondisi ini belum termasuk menghitung potensi produksi dari blok-blok migas yang diakuisisi Pertamina dari luar negeri.  Untuk mendukung peningkatan produksi, menurut alumni ITB ini, pemerintah perlu menyederhanakan hal-hal yang terkait dengan persoalan-persoalan nonteknis yang dihadapi perusahaan migas, termasuk Pertamina.

Ia memberi contoh Pertamina untuk mengebor mungkin hanya perlu waktu satu setengah bulan. "Tetapi, izinnya baru bisa kami dapatkan dalam waktu 1,5 tahun. Ini harusnya kita perbaiki bersama, tidak perlu lama-lama. Kalau terlambat, biaya pun bisa semakin meningkat,” kata Husen.

Di sisi  midstream, Pertamina telah memiliki program Refinery Development Master Plan (RDMP) yang diperkirakan bisa meningkatkan kapasitas terpasang kilang dari saat ini 1 juta bph menjadi sekitar 1,5 juta bph. Pertamina juga masih terus melanjutkan penjajagan kerja sama dengan Saudi Aramco untuk proyek pembangunan kilang baru.

Adanya tambahan produksi untuk produk-produk BBM tersebut, kata Husen, tentunya akan semakin mengurangi ketergantungan atas impor sekaligus menambah ketahanan energi bagi Indonesia. Selain menambah kapasitas di sisi pasokan, Husen mengungkapkan upaya diversifikasi pasokan dengan pengembangan energi panas bumi harus terus ditingkatkan. Pertamina telah menargetkan penambahan kapasitas PLTP sekitar 635 MW sehingga menjadi 1.037 MW.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement