Rabu 05 Nov 2014 19:08 WIB

Dorong Generasi 'Y' untuk Hadapi Pasar Bebas ASEAN

Rep: CR05/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Generasi yang lebih muda ternyata lebih disiplin dalam keuangan karena ingin bisa meraih pengalaman sekali seumur hidup tanpa terlilit utang.
Foto: Prayogi/Republika
Generasi yang lebih muda ternyata lebih disiplin dalam keuangan karena ingin bisa meraih pengalaman sekali seumur hidup tanpa terlilit utang.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Pasar Bebas ASEAN atau Asean Free Trade Area (AFTA) sekaligus Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mulai berlaku 2015 mendatang.  Terkait itu, beberapa pengusaha berikut ini mengatakan, Indonesia perlu mendorong generasi 'Y' sebagai strategi guna menghadapi pasar bebas tersebut.

"Generasi 'Y' bisa usia berapa saja namun umumnya yang masih muda atau sekitar di bawah 35 tahun," ujar CEO NET TV Wishnutama dalam international Seminar and Conference on Learning Organization (ISLCO) di Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta, Rabu (5/11).

Generasi 'Y' merupakan sumber daya manusia usia produktif atau di bawah 35 tahun. Dijuluki generasi 'Y' yang dalam bahasa Inggris dibaca 'why' (mengapa), mengasumsikan generasi ini cenderung banyak bertanya 'mengapa' disebabkan memiliki rasa keingintahuan tinggi.

Karakter generasi ini cenderung  akrab teknologi, kurang suka formalitas, berapi-api dan memiliki pemikiran serta gaya hidup berbeda dengan generasi sebelumnya.

Oleh karena itu, menurut CEO General Electric (GE) Indonesia Handry Satriago, Indonesia perlu mendorong dan memuaskan hasrat keingintahuan tinggi generasi itu. "Usia ini semangatnya sedang tinggi, tujuan kita adalah menciptakan mereka untuk menjadi pemimpin di masa depan," ujarnya.

Handry melanjutkan, tantangan berkomunikasi dengan generasi ini salah satunya harus memanfaatkan semua platform terutama teknologi media sosial semisal facebook, twitter dan lainnya.

"Kita harus masuk ke dalam dunia mereka. Kalau mereka akrab teknologi, ini menjadi tantangan kita, karena percayalah generasi ini kuncinya, potensi mereka sangat besar dan mampu memenangkan persaingan global," kata dia.

Kendatipun, Wishnutama juga tetap mengingatkan, jangan sampai menyepelekan komunikasi konvensional atau tatap muka langsung. Dia mencontohkan komunikasi antara bos dengan karyawan yang termasuk generasi 'Y'.

"Misalnya kita dituntut berinteraksi lewat internet, tapi tatap muka juga penting untuk generasi ini," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement