REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Pondok pesantren sebagai pusat kegiatan Muslim ternyata belum mampu mengefektifkan kemandirian ekonomi dari potensi yang dimiliki.
“Yang sudah mandiri baru berjumlah sekitar ratusan dari 27 ribu pesantren yang ada di seluruh Indonesia,” ujar pakar perekonomian Islam KH Prof Didin Hafidhuddin, Kamis (6/11).
Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) ini menyatakan, pada prisipnya, pesantren memiliki potensi perekonomian yang besar. Lahan luas yang dimiliki pesantren berpotensi dijadikan lahan pertanian, peternakan dan industri rumahan berbasis syariah.
Kegiatan perkonomian pesantren secara internal dapat mejadikan perekonomian pesantren lebih mandiri. Sekaligus dapat mengurangi ketergantungan pondok pesantren terhadap bantuan, baik dari pemerintah maupun dari pihak lain.
Lebih luas, peningkatan perekonomian pesantren dapat meningkatkan perbaikan perekonomian di Indonesia. Terutama perbaikan perekonomian melalui kegiatan perekonomian berbasis syariat Islam.
“Pesantren memiliki potensi perekonomian yang sangat besar. Jika dimaksimalkan bisa mengurangi ketergantungan pesantren akan bantuan dari luar,” ujar Didin.
Didin mengatakan, sebagain pondok pesantren besar, seperti Gontor di Jawa Timur, Hidayatullah di Kalimantan Timur, Alfalah di Bogor telah mempraktikkan pengembangan perekonomian berbasis Islam.
Pengembangan pertanian, peternakan dan industri rumahan di dalam pesantren terbukti mengangkat perekonomian pesantren. Pilihan model perekonomian, kata Didin sangat bergantung pada kondisi lingkungan di sekitar pesantren.