REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Pemahaman tentang pentingnya kegiatan ibadah sebagai potensi ekonomi membuat lingkungan pesantren lamban menerapkan agenda pemberdayaan umat.
“Ada dua kendala, yakni pemahaman kegiatan ekonomi sebagai ibadah dan keterampilan yang minim,” ujar pakar perekonomian Islam, KH Prof Didin Hafidhuddin, Kamis (6/11).
Dia menjelaskan, kegiatan perekonomian semestinya dinilai sebagai salah satu ibadah. Kegiatan tersebut jika dilakukan dalam koridor agama, juga bisa berarti peribadatan yang melahirkan pahala.
“Sama halnya dengan belajar agama, kegiatan ekonomi juga ibadah,” kata Didin. Dia menjelaskan pemahaman tersebut perlu ditekankan kepada pengelola pesantren secara terus menerus.
Selanjutnya, kendala kedua adalah minimnya keterampilan dan pengetahuan perekonomian yang dimiliki pesantren. Menurut Didin, hal tersebut bisa ditanggulangi dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga yang memberikan pemahaman keterampilan ekonomi.
Dua hal tersebut membuat pesantren terkadang tidak menyadari potensi ekonomi yang dimilikinya. Padahal, di mata dia, pesantren memiliki potensi perekonomian yang besar.
Lahan luas yang dimiliki pesantren berpotensi dijadikan lahan pertanian, peternakan dan industri rumahan berbasis syariah.