Kamis 06 Nov 2014 22:05 WIB

Kenaikan BBM, Pertamina Siapkan Skenario

Rep: C54/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Jakarta, Selasa (7/10).(Prayogi/Republika)
Foto: Prayogi/Republika
Petugas membantu warga mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Jakarta, Selasa (7/10).(Prayogi/Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--PT Pertamina (Persero) telah menyiapkan sejumlah skenario merespons rencana kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya menyampaikan, sekenario mencakup berbagai hal, termasuk mengantisipasi migrasi konsumen bensin jenis premium ke pertamax dan meredam gejolak sosial yang ditimbulkan.

Menurut Hanung, bisa dipastikan, kuota BBM bersubsidi tidak akan mencukupi hingga 31 Desember 2014 seperti yang diatur dalam APBN. Menurut Hanung, stok BBM bersubsidi jenis premium hanya mencukupi hingga 20 Desember, solar diprediksi habis pada 23 Desember. Tanpa upaya pengendalian, menurut Hanung, akan terjadi defisit sebesar 1,9 juta kilo liter (kl).

“Jika pemerintah menaikan BBM, katakanlah dengan selisih Rp 1000 dengan harga keekonomian, defisit bisa ditekan hingga 1,6 juta kl,” ujar Hanung ketika melakukan inspeksi di Surabaya, Kamis (6/10).

Hanung menjelaskan, mengacu pada patokan Mean of Plats Singapore (MOPS), harga BBM dunia terakhir mencapai  92 dolar AS per barel, atau turun hampir dolar AS dari September lalu yang mencapai 110 dolar AS per barel. Jika dikalkulasi berdasarkan patokan MOPS, menurut Hanung, harga keekonomian BBM jenis premium di dunia hari ini hanya Rp 8.600.

Mengantisipasi berbagai gejolak sosial ketika BBM bersubsidi resmi dinaikan, Hanung menyampaikan bahwa Pertamina telah menempuh berbagai langkah antisipatif. Di antaranya, menurut dia, koordinasi telah dilakukan jajaran pertamina di daerah-daerah dengan para pemangku kebijakan, mulai dari Gubernur, Kapolda, Pangdam dan juga melakukan sosialisasi di tenga masyarakat.

Hanung menambahkan, tak hanya sekenario menghadapi kenaikan harga BBM bersubsidi, pihaknya juga telah memilliki rencana jika pemerintah batal menaikan BBM bersubsidi tahun ini. “Jika kuota habis, dengan terpaksa kami akan menjual BBM non-subsidi. Toh ini hanya berlangsung hanya beberapa hari di akhir tahun, mudah-mudahan juga membuat masyarakat bijaksanan dalam menggunakan kendaaraannya,” kata Hanung.

Hanung meminta masyarakat terinfomrasikan, naik maupun tidak BBM bersubsidi, stok BBM milik pertamina aman, sehingga tidak akan terjadi kelangkaan seperti dikhawatirkan. Hanya saja, menurut dia, jika BBM bersubsidi naik, diprediksi terjadi perpindahan konsumen BBM premium ke pertamax sebesar 10 persen akibat selisih harga yang semakin kompetitif di antara keduanya.

“Kami sudah memikirkan upaya antisipasi yang dilakukan, termasuk dengan melakukan impor BBM dan penyesuaian nozzle  di SPBU-SPBU,” kata Hanung.

Menurut Hanung, polemik soal harga dan subsidi BBM yang selalu menjadi isu besar di negeri ini harus dianalisis secara terperinci. Penggunaan BBM di negeri ini menjadi tidak efisien, salah satunya karena kemacetan dan budaya masyarakat yang tidak ramah lingkungan.

Sebagai solusi jangka panjang, menurut dia, perlu pembenahan insfrastruktur, pembangunan moda transportasi massal, serta edukasi pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan kepada masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement