REPUBLIKA.CO.ID, YANGON-- Pemerintahan transisi Myanmar dari pemerintahan militer sebelumnya belum sesuai dengan harapan. Presiden Amerika Barack Obama mengatakan penganiayaan terhadap etnis minoritas muslim Rohingya, Penindasan wartawan dan pelanggaran etnis minoritas lainnya masih sering terjadi.
"Bahkan saat di negara lain telah maju di bidang ekonomi dan politik, di daerah lain justru mengalami kemunduran dan keterlambatan dalam reformasi," ujar dia seperti dilansir Reuters.
Di Myanmar selain pembatasan kebebasan pers, Obama terus melihat pelanggaran hak asasi manusia yang dialami etnis minoritas. Selain itu pihaknya mendapatkan laporan sering terjadi pembunuhan, pemerkosaan dan kerja paksa, ini merupakan pelanggaran yang menyakitkan bagi sejarah Myanmar.
Pemerintahan semi sipili telah mengambil alih kekuasaan pada tahun 2011 setelah 49 tahun Myanmar dikuasai militer. Era reformasi telah dimulai dan tahanan politik telah dibebaskan. "Belum lama ini, kami membayangkan mereka mengalami kemajuan dalam hal reformasi," ujar Obama.
Tetapi sepertinya pemerintah harus bekerja lebih keras agar reformasi sesuai dengan jalurnya. Pemilu saat ini merupakan hal yang penting untuk membangun demokrasi dan sebagai wadah aspirasi rakay Myanmar.