Rabu 19 Nov 2014 08:09 WIB

Menteri Susi Buat 'Kartu Sakti' Nelayan

Rep: C85/ Red: Winda Destiana Putri
  Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (6/11).   (Antara/Dedhez Anggara)
Nelayan mengisi solar ke dalam jerigen di dermaga kapal ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (6/11). (Antara/Dedhez Anggara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk mengurangi beban yang ditanggung oleh nelayan akibat kenaikan harga BBM, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akan meluncurkan kartu sakti khusus nelayan kecil.

Hal ini dia sampaikan dalam sebuah konferensi pers beberapa waktu lalu di Jakarta. Ide ini kemudian sempat tenggelam lantaran masyarakat fokus kepada tiga kartu sakti yang dikeluarkan pemerintah (KIS, KIP, KKS). Namun saat dikonfirmasi seusai menghadiri sebuah acara di Pertamina, Menteri Susi menegaskan bahwa kartu sakti nelayan ini akan segera diluncurkan.

"Iya kartu sakti masih kami kerjakan," ujar Susi kepada Republika, Selasa (18/11).

Menteri Susi melanjutkan, pihaknya masih mengkaji jumlah dan kriteria nelayan yang berhak menerima kartu sakti ini. "Angkanya masih dipegang pak dirjen. Masih dipelajari," ujarnya. 

Sebelumnya, Dirjen Kementerian Kelautan dan Perikanan Syarif Widjaja menjelaskan, kartu adalah hasil kerjasama dengan sebuah bank nasional. Mengenai mekanisme kartu ini masih digodok. Namun Syarif menjelaskan bahwa model dasarnya seperti kartu atm di mana nelayan akan mendapat bantuan dari kartu ini.

"Nanti dikontrol setiap bulan. Kalau ketahuan bulan sebelumnya dia tidak melaut, maka dia tidak bisa memanfaatkan kartu tersebut," ujar Syarif.

Hal ini, menurut Menteri Susi lantaran selama ini BBM subsidi salah sasaran. "Jatah BBM kita dipakai kapal kapal besar asing di atas 30 gt," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement