Ahad 23 Nov 2014 19:44 WIB

Jangan Salahkan Agama Sebagai Sumber Penyulut Konflik

Rep: C78/ Red: Winda Destiana Putri
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik Agama kerap ditunjuk dan menjadi kambing hitam dalam setiap konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia. Padahal, setelah dilakukan pengkajian dan analisis kasus, PP Muhammadiyah dan segenap massa dalam World Peace Forum sepakat, anggapan tersebut keliru.

"Justru agamalah yang kena dampak dari konflik yang mulanya terjadi karena urusan politik," tegas Ketua OC WPF Andar Nubowo kepada Republika pada Ahad (23/11).

Sering kali, ketika konflik sudah meletus, agama dibawa-bawa untuk lebih memanaskan situasi. Terjadilah kemudian konflik lanjutan antaragama atau antarras.

Maka kemudian yang terjadi adalah pengaburan penyebab utama konflik yang sejatinya bukan akibat persoalan agama. Di Afrika tengah, misalnya. Dikatakannya, konflik yang terjadi di sana bukan persoalan agama. Namun umat Muslim di sana yang malah menjadi korban kekerasan akibat konflik.

Sementara, di dalam negeri ia mencontohkan konflik yang terjadi terhadap masyarakat di Ambon, Maluku. Yang trdengar, kata dia, penyebab konflik di kawasan tersebut akibat konflik antaragama. Padahal sebenarnya, ketika itu konflik disulut oleh persoalan jabatan di pemerintahan.

Permasalahan lainnya penyulut konflik selain politik adalah diakibatkan kesenjangan ekonomi dan ketidakadilan dalam pelayanan publik. Karenanya, pemerintah yang seharusnya menempatkan diri sebagai bagian dari peace provokator mesti menggulirkan dan melaksanakan kebijakannya dengan adil dan merata kepada masyarakat.

Muhammadiyah, lanjut dia, bukannya berhenti pada kampanye dan membuka ruang dialog publik Internasional dalam mengupayakan perdamaian. Lebih jauh, Andar mengutarakan peran ormas tersebut yang kerap terlibat aktif sebagai pelopor peace provokator.

"Kita selama 120 tahun berdiri sampai hari ini konsisten membangun pendidikan masyarakat yang baik yang merupakan bagian dari upaya mensejahterakan masyarakat," tuturnya. Muhammadiyah serta segenap ormas Islam lainnya juga berperan dalam pembangunan ekonomi masyarakat dengan membangun berbagai sektor pembuka lapangan kerja, koperasi, penyantunan sosial seerta pelayanan kesehatan.

Sebab jika kesejahteraan mazyarakat telah diperoleh, kesenjangan sosial akan menipis dan potensi konflik pun akan akan semakin kecil bahkan hilang. Sebab masyarakat pada dasarnya masyarakat secara alami dapat menerima hidup dalam perbedaan agama dan ras dengan damai, jika mereka diperhatikan kesejahteraannya. 

Di samping itu, Muhammadiyah pun berperan aktif dalam mengupayakan perdamaian di belahan dunia yang tengah berkonflik. Caranya dengan menempatkan diri sebagai bagian dari mediator seperti untuk menyelesaikan konflik di Filipina dan Thailand.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement