REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT. Adaro Energy Tbk menyepakati kerjasama dengan perusahaan dari Cina, China Shenhua Overseas Development, untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga batubara di Kalimantan. Nota kesepahaman (MoU) ini ditandatangani oleh Presiden Direktur Adaro Power Mohammad Effendi dan Kee Cheng Chye sebagai chairman dari Shenhua.
Penandatanganan ini merupakan lanjutan dari pertemuan antara perwakilan tingkat tinggi dari Perseroan dan dari Shenhua Overseas, pada tanggal 9 November 2014 di Beijing. Untuk menunjukan dan memastikan komitmen dari perusahaan sponsor, yang diwakili oleh Presiden Direktur Perseroan dan Presiden Komisaris AP, Garibaldi Thohir, dan Direktur Eksekutif Shenhua Overseas,Tang Xiutian.
Shenhua Overseas, AP dan BEP sepakat untuk mengembangkan proyek bersama untuk batubara dan pembangkit listrik di Kalimantan Timur, Indonesia. Ketiga perusahaan tersebut bermaksud untuk mendirikan perusahaan patungan di Indonesia untuk mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang, yang kemungkinan akan dimiliki oleh Shenhua Overseas sebesar 51 persen dan oleh AP sebesar 49 persen.
"Sesuai strategi kebijakan Perseroan dalam berinvestasi di ketenagalistrikan, proyek ini direncanakan akan dibiayai melalui project financing, dimana sebagian besar dari total investasi proyek akan dibiayai dengan non-recourse project debt financing," Muhammad Effendi, Selasa (25/11).
Pada tahap pertama, Shenhua Overseas dan AP setuju untuk melakukan penambangan batu bara yang cukup untuk mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang dengan kapasitas 2x300MW, dan fasilitas transmisi listrik. Kapasitas listrik jangka panjang diharapkan akan semakin besar sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan listrik.
Listrik tersebut harus disediakan oleh transmisi terintegrasi ke jaringan Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah. Kerjasama antara Shenhua Overseas dan Perseroan yang dilakukan untuk mengembangkan pembangkit listrik mulut tambang bertenaga batubara ini merupakan sebuah manifesto dari rencana strategis Pemerintah Republik Indonesia untuk membangun 35 gigawatt (GW) pembangkit listrik dalam 5 tahun ke depan.
Dimana sebagian besar merupakan pembangkit listrik bertenaga batu bara. Pembangkit listrik mulut tambang ini akan menggunakan batubara berkalori rendah. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk mendapatkan nilai dari batubara berkalori rendah.