Senin 04 Aug 2025 15:35 WIB

Kuil Sulaiman yang Diklaim Zionis Israel, Fakta atau Mitos?

Zionis Israel mengeklaim Masjid Al Aqsa sebagai tanah kuil milik mereka.

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gevir dan ribuan Yahudi serbu Masjid Al-Aqsa.
Foto: Dok Istimewa
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gevir dan ribuan Yahudi serbu Masjid Al-Aqsa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok zionis Israel mengeklaim Masjid al-Aqsa di Baitul Makdis, al-Quds, Palestina, sebagai lokasi Haikal atau Kuil Sulaiman (Solomon's Temple). Dan, mereka pun berambisi untuk merobohkan masjid suci ketiga milik umat Islam itu agar di sana dapat dibangun kuil tempat ibadah yang diidamkannya.

Mahdy Saied menuturkan dalam buku Fadhailu al-Masjidi al-Aqsha, Haikal Sulaiman itu hanyalah mitos yang digembar-gemborkan zionis. Tambahan pula, Nabi Sulaiman SAW justru melanjutkan pembangunan Masjid al-Aqsha, bukan menggusur dan lalu membangun sebuah kompleks baru.

Baca Juga

Tidak mungkin putra Nabi Daud AS itu mendirikan sebuah kuil, sebagaimana dituduhkan sebagian Yahudi. Bahkan, kaum pengiman Talmud menyebut dalam riwayat-riwayat bahwa Sulaiman AS adalah anak hasil zina. Maka, bagaimana mungkin menghinakan Sulaiman di satu sisi, tetapi kemudian mengeklaim sebuah kuil megah atas nama beliau?

Menurut kaum Yahudi yang meyakininya, Haikal Sulaiman bukanlah sebuah tempat ibadah, melainkan rumah tempat Tuhan (Yahweh) berdiam. Dalam bahasa Ibrani, sebutannya adalah Heikhal atau lengkapnya, Beit Ha Mikdash, 'rumah Yahweh.' Ukuran Haikal, sebagaimana disebutkan dalam kitab mereka, ialah sebagai berikut: panjang 30 m, lebar 10 m, dan tinggi 15 m.

Mereka mengeklaim, Sulaiman membangun Haikal pada tahun 960 sebelum Masehi (SM) sebagai rumah bagi Tuhan dan tempat penyembelihan korban. Lokasinya ada di atas bukit tempat Qubbat ash-Shakhrah kini. Karena itu, kawasan itu disebut Yahudi sebagai Bukit Haikal. Sementara, Muslimin menyebutnya sebagai bagian dari kompleks karena Masjid al-Aqsa secara keseluruhan.

Mahdy mengatakan, orang yang pertama kali menarik perhatian Yahudi terhadap ide pembangunan Haikal adalah Musa bin Maimun. Dokter Yahudi yang sempat bekerja pada Bani Umayyah di Andalusia ini pernah berziarah ke al-Quds pada 1267 M.

Ratusan tahun kemudian, tepatnya pada 1560 M, seorang rabi merekayasa ide ritual menangis atau meratap di tembok sisi Masjid al-Buraq--bagian dari Kompleks Masjid al-Aqsa.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.

(QS. Ali 'Imran ayat 159)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement