REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memicu naiknya harga bahan baku perumahan. Harga semen, batu, kerikil, bata, cat dan bahan baku lainnya yang rata-rata sekitar 5 hingga 6 persen. Kondisi ini, menjadi kendala untuk perkembangan bisnis properti.
Sehingga, tahun depan diprediksi pertumbuhan properti akan mengalami perlambatan.
''Di awal tahun, pasti akan ada keterlambatan. Kami berharap, perlambatannya jangan di atas 15 persen,'' ujar Ketua REI Jabar, Irfan Firmansyah, Sabtu (29/11). Menurut Irfan, tahun depan perlambatan pasti terjadi karena kenaikan BBM memicu suku bunga naik.
Jadi, pengembang harus efisien. Walaupun, Ia yakin semua pengembang akan bertahan karena krisis yang terparah sudah dijalani pada 2008.
''Saya yakin, bisa bertahan karena komoditas primer. Ini, hanya perlambatan. Seiring perjalanan waktu akan ada keseimbangan baru,'' katanya.
Irfan memprediksi, perlambatan pun belum tentu menyeluruh. Tapi, terjadi di sebagian besar bisnis properti di Jabar. Ia mencontohkan, di Majalengka bisa saja perlambatan tak akan terjadi. Karena, di Majalengka dibangun tol dan bandara. ''Bisa jadi, bisnis properti di sana terus tumbuh,'' katanya.
Menurut Irfan, selain mengalami perlambatan, semua pengusaha properti pada 2015 haru sudah menyiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Karena, investor asing bisa masuk ke bisnis properti. Agar bisa bertahan menghadapi kondisi itu, pihaknya selalu berkonsolidasi dengan pemerintah. Selain itu, selalu memberikan informasi ke semua anggota REI Jabar agar mempersiapkan diri.
''Kalau MEA, kan pebisnisnya nanti bisa saja bukan orang daerah. Kalau sekarang orang Jakarta sudah masuk ke Jabar, nanti asing yang masuk,'' katanya.
Irfan menilai, serbuan investor asing ke Jabar tersebut tak bisa ditahan. Jadi, pengusaha properti di Jabarnya yang harus disiapkan. Ia mencontohkan, di Cikampek sudah masuk pengembang Jepang. ''Kami secara berkala, terus melakukan pelatihan manajemen, produk, harga, dan dari sisi pembiayaan,'' katanya.