REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pengusaha media Hong Kong Jimmy Lai mundur dari jabatannya sebagai pemimpin redaksi surat kabar Apple Daily, Kamis (11/12).
Lai mundur setelah ditahan polisi karena menolak lokasi protes utama gerakan prodemokrasi di pusat kota. Lai memang dikenal vokal mengkritik pemerintah Hong Kong.
Polisi menahan hampir 250 aktivis dan membersihkan sebagian besar lokasi protes yang terletak di pusat kawasan bisnis. Stasiun penyiaran publik RTHK, Jumat (12/12), mengatakan semua aktivis yang ditahan, termasuk Lai telah dibebaskan. Lai yang menjadi jutawan atas kerja kerasnya itu telah menjadi penyumbang dana utama bagi gerakan prodemokrasi Hong Kong.
"Jimmy Lai ditahan sekitar pukul 17.00 waktu setempat (Kamis). Dia juga mundur sebagai pemimpin redaksi Apple Daily. Direktur Print Media Next Media Ip Yut-kin akan menggantikannya," seperti tayangan klip video di situs Apple Daily.
Next Media Ltd (0282.HK) menerbitkan majalah Next Magazine dan surat kabar prodemokrasi Apple Daily. Lai telah diawasi lembaga antikorupsi Hong Kong tahun ini. Agustus lalu, lembaga itu menggerebek rumahnya dan satu bulan kemudian dia mendatangi Komisi Independen Antikorupsi (ICAC). ICAC bisa memanggil seseorang untuk dimintai keterangan sebagai bagian dari penyelidikan.
Selain Lai, penyanyi pop Denise Ho, aktivis prodemokrasi senior Martin Lee dan anggota parlemen prodemokrasi Albert Ho juga di antara orang yang ditahan polisi. Pemimpin Federasi Mahasiswa Hong Kong dan Scholarism juga dibawa polisi.
"Orang-orang akan kembali lagi. Mereka akan kembali dengan kekuatan yang lebih kuat," ujar sekretaris jenderal Federasi Mahasiswa Hong Kong Alex Chow.
Anggota parlemen prodemokrasi mengatakan mereka akan menekan pemerintah di tingkat legislatif dengan menghentikan permintaan anggaran dan reformasi pemilihan umum. "Dialog hanya bisa tercipta ketika kita memilih paket reformasi politik mendatang," kata anggota parlemen prodemokrasi Lee Cheuk-yan sebelum dibawa polisi.
Polisi akhirnya membuka kembali jalan tol delapan jalur di kawasan Admiralty, Kamis malam. Para pemilik usaha yang mengalami kerugian akibat aksi pendudukan mahasiswa itu menyambut baik langkah polisi.
"Saya lega ini telah berakhir. Saya akhirnya bisa bernafas lega. Usaha kami turun 50 persen selama aksi massa. Sekarang saya harap penjualan meningkat 20 persen jika dibandingkan dengan bulan lalu," kata Sammy Wu (60 tahun) yang memiliki toko jahit dekat lokasi protes.
Pariwisata Hong Kong turun 30 persen selama pendudukan mahasiswa selama lebih dari dua bulan. Demonstran mendirikan tenda di tengah jalan di kawasan Admiralty September lalu dan membuat jalan tidak bisa dilalui kendaraan. Lalu lintas Jumat di kawasan itu berlangsung normal.