REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur teknik timnas sepak bola Indonesia Pieter Huistra mengaku prihatin dengan kondisi infrastruktur pendukung perkembangan sepak bola Indonesia. Salah satu yang disoroti pria asal Belanda itu untuk perkembangan prestasi sepak bola Indonesia adalah kelayakan stadion.
Huistra mengaku sedih dengan ketidaklayakan stadion, hingga biaya sewa lapangan yang terlalu mahal baik untuk latihan maupun pertandingan.
"Salah satu tugas PSSI untuk membenahi dan memperbaiki ketidaklayakan itu," ujar Huistra dalam diskusi dengan tema "Sudah kerja apa PSSI" di Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (15/12).
Menurutnya, jika hal itu terus berlarut-larut dibiarkan, tidak menutup kemungkinan bakal menjadi kendala berat dalam proses pembinaan usia dini para pemain. Ia mengatakan stadion dan fasilitas di dalamnya jauh dari standar internasional.
Kondisi ini akan menjadi kendala, kata Huistra, lantaran dalam waktu dekat akan diselenggarakan kompetisi liga berdasarkan usia. Kompetisi ini akan digelar di enam daerah di Indonesia sebagai pilot project.
Materi diskusi yang disampaikan Huistra mendapat respons positif dari banyak pihak. Sebab dalam pemaparannya, Huistra juga menampilkan cuplikan video pola pembinaan yang dilakukan salah satu negara sepak bola maju, Uruguay.
"Pembinaan yang dilakukan dengan baik, dan membuat orang tua mendukung anak-anaknya untuk menjadi pemain sepak bola," katanya menambahkan.
Pengamat sepak bola nasional, Ganesha Putra melengkapi solusi persoalan terhadap kendala dan tantangan dalam pembinaan usia muda. Menurutnya, yang dibutuhkan PSSI hari ini adalah revolusi mindset, bahwa bukan juara yang diincar, tapi konsistensi dalam pengembangan usia muda.
"Hal ini perlu dilakukan. Kita bermain bukan hanya untuk menang, tapi juga memperkaya pengalaman," ujarnya.