REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Ada apa dengan Liverpool, tentu itu pertanyaan yang selalu terdengar melihat tim yang kini tengah meringis. Tujuh kekalahan sepanjang 16 pekan merupakan catatan buruk yang dibuat klub yang berbasis di Merseyside itu.
Peringkat ke-11 di pekan ke-16, adalah petaka bagi Liverpool sepanjang sejarah. Duncan Alexander, analis sepak bola Inggris, menulis satu catatan menarik. Manajemen Liverpool harus bertindak serius menghapus anomali tim juara Champions 2005 itu.
Ini merupakan catatan terburuk dalam 50 tahun terakhir kampanye Liverpool di Liga Primer Inggris. Terakhir kali, kemerosotan Liverpool terjadi pada 1964, di saat bersamaan the Beatles juga menggebrak publik Inggris.
Tutup tahun ini Liverpool harus memutus kutukan. Pascakegagalan menembus babak 16 besar Liga Champions, Steven Gerrard dan kawan-kawan harus bangkit. Nyatanya tidak. The Reds takluk memalukan saat dibantai MU 0-3, akhir pekan kemarin.
Pembuktian ulang, satu kesempatan lagi diberikan kepada pelatih Liverpool, Brendan Rodgers saat timnya menjamu Arsenal, Ahad (21/12) dini hari WIB. "Kepercayaan diri kami belum sempurna, akhir pekan ini kami harus melakukan yang terbaik," kata Brendan Rodgers dilansir laman resmi klub.
Secara statistik, Liverpool semestinya harus menang. Anfield punya kutukan hebat bagi Arsenal tiap kali melawat. Dari 97 pertemuan terakhir di Anfield, Arsenal baru mampu mencuri 26 kemenangan dengan harus menelan 53 kali kekalahan.
Ini merupakan catatan dari total 190 kemenangan Liverpool dari Arsenal dalam 303 pertandingan terakhir.Namun dengan kondisi kepercayaan diri yang tengah turun, ditambah lagi belum adanya pengganti ciamik untuk Daniel Sturridge yang tengah cedera, laga melawan Arsenal diprediksi memberat.
Belum lagi, pasukan Meriam London tengah dalam performa tinggi. Arsenal yang baru saja lolos ke babak 16 besar Liga Champions, masih konsisten meski menghuni posisi keenam klasemen sementara.