Kamis 18 Dec 2014 01:00 WIB

Faisal Basri: Masih Ada Sekeranjang Tanya untuk Pertamina

Rep: C85/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kiri) berjabat tangan dengan Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir (kanan) di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12). (Antara/Rosa Panggabean)
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri (kiri) berjabat tangan dengan Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir (kanan) di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/12). (Antara/Rosa Panggabean)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Tim Reformasi Tata Kelola Migas kembali melakukan pertemuan. kali ini mereka mengundang direksi PT Pertamina Eenrgy Trading Ltd (Petral) dan juga perwakilan dari Pertamina.

Salah satu poin yang dibahas adalah perihal diskon yang diterima oleh Petral dalam setiap kali transaksi impor minyak dan bahan bakar minyak. Ketua tim Faisal Basri menyatakan, bahwa selama ini Petral sudah cukup terbuka mengenai hal ini.

"Tadi dijelaskan mengenai proses tender Petral, misalnya, Petral butuh minyak 100 barel, kemudian ada yang menawarkan suatu perusahaan Cuma sanggup 50 barel, perusahaan B kemudian punya 30, sehingga dinegosiasikan. Itu nanti keluarlah alpha nya," jelas Faisal kepada awak media, Rabu (17/12).

Mengenai besaran alpha dalam penghitungan ICP, Faisal menjelaskan bahwa konstantan tersebut berasal dari besaran distribusi dan margin. "Premium atau diskon komponennya. Kalau harga berdasarkan mobps. Kemudian bagaimana petral menjual kepada pertaminal; yaitu sekitar 10-9 sen per barel. Itu kira-kira begitu aturan mainnya.," lanjut Faisal.

Meski demikian, Faisal mengakui bahwa masih banyak persoalan yang harus dibahas bersama Petral dan Pertamina. Pun begitu, Faisal mengapresiasi keterbukaan Pertamina.

"Tidak semuanya bisa diselesaikan dalam pertemuan ini. pun begitu, ini kan baru pertemuan pertama. Banyak sekeranjang pertanyaan untuk pertamina. Beruntung Pertamina Sungguh sangat terbuka," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement