Sabtu 20 Dec 2014 09:54 WIB

Protes Anti-Islam Warnai Peringatan Duka Korban Sandera

Rep: C14/ Red: Winda Destiana Putri
Evakuasi korban penyanderaan Sydney
Foto: bbc
Evakuasi korban penyanderaan Sydney

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Sejumlah warga Kota Sydney, Australia, mendatangi kompleks Martin Place untuk memperingati momen duka bagi para korban penyanderaan, yang terjadi di Kafe Lyndt pada Senin (15/12) lalu.

Namun, suasana duka pada Jumat sore itu segera ternodai. Pasalnya, sejumlah orang menggelar aksi anti-Islam di dekat upacara penghormatan.

Seperti dilansir Sydney Morning Herald, Sabtu (20/12) empat orang pria mengibarkan bendera dan slogan bertuliskan "Islam itu jahat" serta "Islam itu rendah." Mereka juga berorasi dan menuduh terang-terangan kaum Muslim sebagai pembunuh.

Selain itu, para demonstran juga mengacungkan spanduk bertuliskan, antara lain "Teroris Muslim dan pendukungnya tidak diinginkan di sini!", "Tony Abbott harus dukung multikulturalisme" serta "Bukan kami yang memulai kekerasan!"

Salah satu demonstran, Nick Folkes, merupakan anggota Partai Proteksionis Australia dan juga pemimpin Partai Kebebasan. Kepada khalayak setempat, Nick menyerukan sentimen anti-Islam.

"Stop imigrasi Muslim ke Tanah Australia!" teriak Nick Folkes.

Akan tetapi, Nick menekankan, aksi demontrasi anti-Islam ini berlangsung tak anarkis. Menurut klaim Nick, pihaknya hanya ingin menyuarakan aspirasi publik, betapa berbahayanya Islam bagi Australia. Dia juga mengklaim, aksinya itu mendapat dukungan penuh dari warga Australia.

"Tapi aparat kepolisian mencegah kami. Kami yakin, polisi mendukung Muslim," katanya menambahkan.

Acara bela sungkawa pada sore itu ditujukan terutama bagi mendiang Tori Johnson dan Katrina Dawson. Keduanya merupakan korban meninggal dalam aksi penyanderaan yang dilakukan seorang diri oleh Man Haron Monis, pada Senin (15/12) lalu di Kafe Lyndt, Sydney.

Seorang saksi mata menuturkan, para demonstran anti-Islam itu sempat mengganggu jalannya upacara penghormatan. Hampir seluruh pembicara dalam upacara itu dicemooh oleh mereka. Kecuali, pembicara yang mengecam Muslim sebagai penyebab masalah. Pada pukul 18.20 waktu setempat, Jumat (19/12), sejumlah orang berusaha mengusir para demonstran itu. Namun, beberapa aparat kepolisian di lokasi langsung melerai dan meredakan ketegangan.

Diketahui, gerakan anti-Islam serupa ini tidak hanya eksis di Sydney, melainkan beberapa kota di Australia. Umumnya, mereka mengecam politik pemerintah Australia mengenai persoalan imigran. Termasuk di antaranya klaim mereka, Australia terlalu lemah menindak para penyelundup imigran dari negara-negara miskin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement