REPUBLIKA.CO.ID,
Ternyata membangun dengan barokah dapat dinikmati Musi Rawas hasilnya. “Waktu itu, hanya ada lima SMA se kabupaten, kini jumlah SMA ada 55. SMP semula hanya ada 25, sekarang ada 125 SMP. Sedang SD dari 200 menjadi 400 SD,'' ungkap Ridwan Mukti penuh syukur.
Ridwan menambahkan, semula belum ada perguruan tinggi di Musi Rawas, kini ada dua perguruan tinggi yaitu Universitas Musi Rawas (Unmura) sudah berumur enam tahun dan Universitas Muhammadiyah Musi Rawas (Umura) berumur satu tahun.
Untuk memulai pembangunan tersebut, tahun 2005 Ridwan hanya memiliki anggaran Rp 300 miliar. Tahun 2014, anggaran untuk pembangunan meningkat menjadi Rp 1,5 trilyun.
“Jadi ada lompatan dari Rp 300 miliar menjadi Rp 1,5 trilyun dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun. Itu tidak bisa dijangkau dengan otak atau rasional. Itu dibangun dengan barokah dan masyarakat yang menikmatinya,” katanya.
Selain itu, saat ini, banyak investor yang mau menanamkan modalnya di Kabupaten Musi Rawas di bidang pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain. Banyaknya investor ini memunculkan sejumlah industri untuk mencukupi kebutuhan para pekerja pertambangan, perkebunan dan masyarakat lainnya.
Ridwan menilai pembangunan melalui barokah merupakan kearifan lokal yang dimulai sejak dirinya menjabat sebagai bupati tahun 2005.
Ide tersebut diperoleh dari Palembang Darussalam kota Wali Allah. Sejarahnya sudah ribuan tahun lalu, Palembang merupakan pusat kajian Islam. Sedang penduduknya adalah Wali Allah yang merupakan penghafal Alquran.
“Karena Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Sumatera Selatan, maka saya ingin mengangkat kearifan lokal yang pernah ada di Palembang sehingga bisa menjadi kejayaan kembali di Musi Rawas,” katanya.