Rabu 07 Jan 2015 21:20 WIB

Sebelum Diserang, Charlie Hebdo Sempat Berkicau tentang ISIS

Rep: c01/ Red: Mansyur Faqih
Petugas medik membawa korban yang terluka saat penembakan kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis.
Foto: ap
Petugas medik membawa korban yang terluka saat penembakan kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebelum penyerangan terhadap media anti-Islam Charlie Hebdo terjadi, akun Twitter resmi mereka sempat berkicau tentang ISIS. Akun itu mengunggah gambar kartun bertuliskan selamat tahun baru kepada pimpinan ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi.

The Independent melansir, selain ucapan selamat tahun baru, gambar kartun itu juga mendoakan kesehatan bagi pimpinan ISIS tersebut. Charlie Hebdo juga memuat novel provokatif tentang Islam karangan Michel Houellebecq pada sampul majalahnya pekan ini. Itu merupakan novel satiris tentang keadaan Prancis di bawah kepemimpinan presiden Muslim.

Kedua hal yang dilakukan oleh Charlie Hebdo tersebut merupakan cara media tersebut untuk memberi respons terhadap intimidasi. Media itu memilih untuk merespons dengan menjadi lebih kurang sopan dalam rangka menentang kendala sensitifitas agama maupun kebenaran politik.

Ini juga bukan bukan kali pertama kantor Charlie Hebdo diserang. Pada November 2011, kantor mereka diserang dengan bom api setelah menerbitkan edisi khusus yang memuat kartun Nabi Muhammad.

Dalam edisi khusus tersebut, Charlie Hebdo berubah nama sementara menjadi Charia Hebdo. Pada majalah edisi khusus tersebut, Nabi Muhammad digambarkan tengah mengancam para pembaca dengan mengatakan, "100 kali cambukan jika anda tidak mati tertawa".

Sepekan kemudian, majalah itu kembali menerbitkan gambar versi laki-laki Charlie Hebdo yang sedang mencium laki-laki Muslim berjenggot setelah pengeboman terjadi. Headline pada majalah tersebut tertulis, "Cinta lebih kuat dari pada kebencian".

Belum sampai setahun, media ini kembali menerbitkan lebih banyak gambar kartun Nabi Muhammad. Bahkan memuat gambar Nabi Muhammad tanpa busana. 

Selain itu, sampul majalah tersebut menggambarkan Nabi Muhammad sedang didorong di atas kursi roda oleh seorang Yahudi Ortodoks. Pemerintah Prancis telah mengingatkan agar para editor tidak berbuat lebih jauh lagi dalam menerbitkan hal semacam itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement