REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Surat kabar Denmark, Jyllands-Posten yang membuat marah umat Islam dengan menerbitkan kartun Nabi Muhammad pada 10 tahun lalu, tidak akan menerbit-ulangkan kartun Charlie Hebdo karena masalah keamanan.
"Itu menunjukkan bahwa kekerasan berhasil," kata surat kabar tersebut dalam tajuknya pada Jumat.
Surat kabar utama lain di Denmark menerbitkan ulang kartun dari mingguan satir Prancis itu sebagai bagian dari liputan serangan menewaskan 12 orang di Paris pada Rabu (7/1) tersebut. Banyak surat kabar lain di Eropa juga menerbit-ulangkan kartun Charlie Hebdo untuk mengecam pembunuhan tersebut.
Ketika Jyllands-Posten menerbitkan 12 kartun berbagai seniman pada September 2005, sebagian besar menggambarkan Nabi Muhammad, gelombang unjukrasa terjadi di seluruh dunia Muslim, tempat sedikit-dikitnya 50 orang tewas.
"Kami hidup dengan ketakutan akan serangan teroris selama sembilan tahun, dan ya, itu penjelasan mengapa kami tidak mencetak ulang kartun tersebut, apakah buatan kami atau milik Charlie Hebdo," kata redaksi Jyllands-Posten. "Kami juga menyadari bahwa oleh karena itu, kami tunduk pada kekerasan dan tekanan," lanjut mereka.
Jyllands-Posten memutuskan memperketat tingkat keamanan sesudah serangan Paris tersebut. "Perhatian pada keselamatan karyawan kami adalah yang terpenting," katanya dalam tajuk pada Jumat (9/1).
Sebelumnya, sebagian besar terbitan terkemuka berita Amerika Serikat menolak menunjukkan kartun bermasalah Nabi Muhammad pada Rabu sesudah tersangka kelompok keras di Paris menewaskan 12 orang di kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo.
Sumber berita berjaringan Daily Beast dan Slate menerbitkan kartun itu, tapi terbitan utama Amerika Serikat, termasuk New York Times, Wall Street Journal, Reuters, dan Associated Press, tidak melakukannya. Beberapa menyatakan pedoman mereka menyerukan penghindaran atas penerbitan gambar atau bahan lain, yang bertujuan menyinggung kepekaan keagamaan.
"Setelah pertimbangan cermat, redaktur Times memutuskan bahwa menggambarkan kartun tersebut akan memberikan pembaca keterangan cukup untuk memahami berita hari ini," kata wanita juru bicara perusahaan New York Times Danielle Rhoades Ha melalui surat elektronik.
Bill Marimow, redaktur Philadelphia Inquirer, mengatakan kepada Reuters, "Kami tidak akan menurunkan kartun itu dalam keadaan apa pun. Pemikiran itu cuma menghina puluhan juta Muslim daripada menjelaskan sesuatu dalam kata."
Associated Press memiliki kebijakan sejak lama menahan diri dari menggunakan gambar memicu, kata juru bicara Paul Colford kepada Reuters.