REPUBLIKA.CO.ID, PARIS-- Salah seorang pendiri majalah satir Charlie Hebdo Henri Roussel menilai editornya Stephane Charbonnieru patut disalahkan atas insiden penembakan beberapa hari lalu.
"Charbonnier layak disalahkan atas kejadian tersebut, dialah yang harus bertanggung jawab," kata Roussel seperti dikutip Dailymail, Jumat (16/1).
Roussel mengatakan tindakan yang dilakukan Charbonnier sudah melewati batas. Menurutnya, Charb memang memiliki banyak ide brilian namun terkadang Charb terlalu berlebihan. "Apa yang membuatnya merasa perlu menyeret tim redaksi untuk menerbitkan majalah secara berlebihan hingga menyebabkan seluruh tim redaksi tewas," ujar Roussel.
Roussel menambahkan, Charb seharusnya belajar dari kesalahannya terdahulu dan introspeksi diri. Pada tahun 2011 silam, Charb menerbitkan majalah berisi gambar kartun Nabi Muhammad. Saat itu, penerbitan majalah tersebut mendapatkan reaksi keras dari umat Muslim dan membuat terbakarnya kantor majalah Charlie Hebdo yang dilakukan oleh orang tak dikenal.
"Namun ia kembali menerbitkan kartun tersebut pada September 2012 dan kembali menghina umat Muslim," kata Roussel.
Menurut Roussel, Charb selama ini sudah terlalu nyaman berlindung di balik jargon "kebebasan berekspresi". Akibatnya, mereka lupa bahwa karya yang mereka hasilkan dapat memprovokasi aksi balas dendam.