REPUBLIKA.CO.ID, COPENHAGEN -- Perdana Menteri Greenland, Mute B. Egede, mengaku khawatir Presiden Amerika Serikat (AS) akan menggunakan kekuatan militer untuk merebut Greenland. Pada Senin (13/1/2025), Egede mengatakan, negaranya siap meningkatkan kerja sama dengan AS.
“Kami membuka pintu untuk kerja sama terkait pertambangan. Ini akan terus berlaku dalam beberapa tahun mendatang. Kami harus berdagang dengan AS,” kata Egede.
“Kami sudah memulai dialog dan mencari peluang untuk bekerja sama dengan Trump,” tambahnya.
Egede mengakui bahwa berbagai negara akan berusaha menjalin hubungan dengan Greenland dalam beberapa tahun mendatang karena posisi geo-strategisnya yang penting.
“Penting agar tidak ada konflik militer. Itu cukup mengkhawatirkan saat pertama kali mendengarnya. Namun, wakil presiden mengatakan kemarin bahwa tidak ada niat untuk menggunakan senjata,” ujar Egede.
PM Greenland itu merujuk kepada Wakil Presiden Terpilih AS JD Vance, yang menanggapi penolakan penggunaan kekuatan militer dan menyoroti pentingnya Greenland secara strategis serta sumber daya alam yang kaya saat berbicara di Fox News pada Ahad (12/1/2025).
“Greenland memiliki posisi sentral di Arktik, dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan China akan berusaha untuk memiliki pengaruh di sana,” tambah Egede.
Ia mengimbau untuk kerja sama yang lebih luas di tengah ketegangan global. “Greenland tidak sepenuhnya bebas dari ketegangan yang ada di dunia. Dan saat ini, Greenland berdiri di antara dua negara besar Arktik. Kita bisa melihat ini sebagai ancaman, tetapi kita juga bisa melihatnya sebagai peluang untuk kerja sama yang lebih luas,” tambahnya.
Baru-baru ini, Denmark mengusulkan agar Trump memperkuat keamanan di Greenland, termasuk dengan meningkatkan kehadiran militer AS di pulau tersebut, dalam pesan pribadi kepada tim Trump, lapor situs berita Amerika Axios pada Sabtu. Pemerintah Denmark ingin membujuk Trump agar tidak merebut pulau tersebut dengan menyelesaikan kekhawatiran keamanan yang dimilikinya, karena negara Nordik ini, sekutu Washington dalam NATO dan Uni Eropa, berupaya menghindari konflik politik dengan AS, menurut laporan tersebut.
Dalam unggahan di platform Truth Social pada Desember, Trump, yang akan dilantik pada 20 Januari mendatang, menggambarkan kepemilikan dan penguasaan Greenland sebagai “kebutuhan mutlak” bagi AS, menegaskan keinginannya untuk menjadikan negara pulau itu bagian dari AS.
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, mengatakan pada Jumat bahwa ia ingin melakukan pembicaraan dengan Trump terkait pernyataannya tentang Greenland, menambahkan bahwa ia tidak percaya presiden terpilih akan berusaha merebut negara Arktik itu dengan paksa.
Greenland, pulau terbesar di dunia, telah menjadi wilayah otonom Denmark sejak 1979. Terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik, Greenland menjadi tempat bagi sebuah pangkalan militer AS dan memiliki kepentingan strategis karena menawarkan jalur tercepat dari Amerika Utara ke Eropa.