Rabu 21 Jan 2015 23:56 WIB

Mesir Dinilai Belum Perjuangkan Hak Perempuan

Rep: c15/ Red: Karta Raharja Ucu
 Kaum perempuan Mesir bergabung dengan aksi unjuk rasa menolak kudeta dan mendukung Presiden Mursi di luar Masjid Rabiah Al Adawiyah, Nasr City, Kairo, Rabu (31/7).   (AP / Khalil Hamra)
Kaum perempuan Mesir bergabung dengan aksi unjuk rasa menolak kudeta dan mendukung Presiden Mursi di luar Masjid Rabiah Al Adawiyah, Nasr City, Kairo, Rabu (31/7). (AP / Khalil Hamra)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mesir dinilai masih belum serius memperjuangkan hak-hak perempuan. Amnesty Internasional mencatat, 90 persen perempuan Mesir menjadi korban kekerasan seksual selama 2013.

Wakil Direktur Timur Tengan dan Afrika Utara, Amnesty Internasional, Hassiba Hadj Sahraoui mengatakan saat ini Mesir baru secara simbolik saja memperjuangkan hak-hak perempuan. Selama dua tahun terakhir saat huru-hara terjadi di Negeri Piramida itu pecah, perempuan Mesir kerap menjadi sasaran kekejaman para oposisi.

"Pemerintah mesir harus serius dan menciptakan langkah baru untuk melindungi perempuan," ujar Hassiba Hadj Sahraoui seperti dikutip Reuters, Rabu (21/1).

Pascaserangan Tahrir Square, banyak perempuan Mesir yang diperkosa. Tak sedikit yang mendapatkan kekerasan seksual. Namun, tidak ada tindakan tegas dari pemerintah Mesir untuk mencari dan menghukum para pelaku.

Laporan Amnesty Internasional menyebutkan, sistem peradilan yang diberlakukan Mesir untuk para perempuan korban perkosaan masih tidak efektif. Amnesty Internasional menggap pemerintah masih kerap tak adil dalam memandang perempuan mesir.

Hal ini terbukti dari sistem hukum Mesir yang secara eksplisit tidak menyebutkan kekerasan dalam rumah tangga merupakan kejahatan pidana yang pantas menerima ganjaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement