REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat deflasi sebesar 0,24 persen (mtm) berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2015. Secara tahunan inflasi tercatat sebesar 6,96 persen (yoy).
Deflasi Januari bersumber dari kelompok harga yang ditentukan pemerintah (administered prices) dan meredanya tekanan inflasi harga makanan bergejolak (volatile food).
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Peter Jacobs, mengatakan realisasi IHK tersebut relatif sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) mingguan.
"Deflasi pada kelompok administered prices disebabkan kebijakan Pemerintah menurunkan harga bensin dan solar, pertamax, dan tarif angkutan dalam kota," kata Peter, Senin (2/2).
Menurutnya, kelompok administered prices tersebut mencatat deflasi yang cukup besar dalam bulan Januari yaitu sebesar 3,51 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi administered prices tercatat sebesar 12,31 persen(yoy).
Sementara, tekanan inflasi kelompok volatile food juga mengalami penurunan menjadi 0,55 persen (mtm) atau 8,35 persen (yoy) dari 3,53 persen (mtm) atau 10,88 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Penurunan tersebut bersumber dari deflasi aneka cabai.
"Sementara itu, realisasi inflasi inti masih terkendali di level 0,61 persen (mtm) atau 4,99 persen (yoy). Tekanan inflasi inti lebih disebabkan oleh kenaikan harga emas dan kenaikan TTL industri," imbuhnya.
Ke depan, Bank Indonesia akan lebih mencermati risiko inflasi terutama di kelompok pangan, berupa gangguan pasokan, antara lain, terkait dengan faktor cuaca. Bank Indonesia bersama Pemerintah Pusat dan Daerah bakal meningkatkan koordinasi untuk menjaga realisasi target inflasi sebesar 4,0 plus minus 1 persen di 2015.