REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustaz
Bachtiar Nasir menekankan, Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) harus mampu mengatasi persoalan besar
umat Islam.
“Tujuan KUII sulit untuk dicapai dengan formasi umat Islam saat ini. Persoalan kita, perpecahan. Sehingga menjadi sulit bagi umat Islam Indonesia menjadi tuan rumah di negara sendiri,” tutur Ustaz Bachtiar
Nasir saat ditemui ROL, Kamis (5/2) di Jakarta.
Dalam pandangan Ustaz Bachtiar, gagasan terbentuknya majelis syuro umat Islam merupakan jawaban atas persoalan itu. Secara historis, formasi politik umat Islam pascakemerdekaan RI pernah bersatu dibawah Partai Masyumi, sebagai hasil dari KUII Pertama tahun 1945.
Maka melihat kondisi umat Islam sekarang, menurut Ustaz Bachtiar, penting untuk membentuk semacam lembaga majelis syuro yang bertugas merumuskan konsolidasi kekuatan politik dan ekonomi umat Islam Indonesia.
“Lembaga Islam dikatakan sebagai lembaga Islam karena ada majelis syuronya. Apa pun namanya, saya kira tidak penting,” ujarnya.
Menurut Ustaz Bachtiar, kerja majelis syuro ini lebih kepada wilayah syariat dan internal umat Islam sendiri. Sehingga, tidak masuk ke wilayah kenegaraan. Adapun majelis syuro ini, sebaiknya terdiri dari para tokoh Muslim yang suaranya secara kharismatik didengar oleh seluruh elemen umat Islam.
“Jadi, MUI sebagai penyelenggara kongres harus berani melahirkan dari rahimnya sebuah independensi kekuatan umat untuk kepentingan bangsa,” pungkasnya.