REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin mengharapkan Kongres Umat Islam Indonesia yang digelar lima tahun sekali dapat mengatasi sebagian permasalahan yang masih dihadapi umat Islam.
"Dengan minimal sekali dalam lima tahun bertemu dan berkumpul seperti ini, Insya Allah sebagian masalah umat Islam dapat teratasi," kata Din dalam pembukaan Konggres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta, Senin Kemarin.
Apalagi, kata Din Syamsuddin, umat Islam Indonesia yang majemuk karena terwadahi dalam berbagai elemen dan komponen seringkali memiliki perbedaan pendapat dan pola pikir yang berbeda antarsesama elemen itu.
"Kemajemukan ini bagus sekali, ada nuansa perbedaan, tapi ada nuansa persamaan dan dengan kemajemukan kita (Islam) mari jadikan KUII sebagai pemersatu dan Alhamdulillah tidak ada perbedaan di umat islam," katanya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammdiyah ini juga menyinggung perbedaan yang terus terjadi setiap tahun antara Muhammadiyah dengan Nahdhatul Ulama (NU) mengenai penentuan bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
"Itu (perbedaan penentuan Ramadhan) yang terus ada antara Muhammadiyah dengan NU, sementara yang lain tidak ada. Saya tidak tahu kenapa kedua organisasi masyarakat (ormas) seperti itu," kata Din Syamsudin.
Namun demikian, Din meyakini perbedaan antara kedua ormas Islam berbasis massa besar itu tidak menimbulkan perpecahan atau konflik antarsesama. Satu sama lain tetap memperjuangkan nilai-nilai Islam sesuai ajaran agama.
"Saya pernah hidup di 'dua alam' karena waktu kecil saya masuk di NU, namun ketika sudah besar (pemuda) masuk Muhammadiyah, sehingga saya berharap umat Islam tidak alergi dan apriori terhadap perbedaan," katanya.