REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang melanda hampir seluruh daerah Jakarta sejak Senin (9/2) berangsur surut. Bersamaan dengan itu, masalah lain datang, para pengungsi maupun masyarakat Jakarta mulai terserang penyakit diare, batuk, dan pilek
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia, Mohamad Subuh mengatakan, ada beberapa pengungsi yang menderita penyakit. Mereka terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan flu, hingga infeksi saluran pencernaan diare dan tipes.
“Namun, kasusnya bersifat ringan,” kata dia kepada Republika, Rabu (11/2).
Dia menambahkan, berbagai penyakit yang muncul setelah banjir memang harus diwaspadai seperti penyakit kulit, saluran pencernaan, ISPA, hingga penyakit yang disebabkan oleh air kencing tikus. Namun, pihaknya mengklaim telah berupaya mengantisipasi munculnya penyakit-penyakit tersebut.
“Kemenkes bersama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta bersama-sama berkoordinasi menyediakan tenaga kesehatan, pelayanan hingga obat-obatan," katanya.
Menurut dia, Dinas Kesehatan DKI telah mendirikan 86 pos kesehatan di berbagai wilayah Jakarta. Dia menyebutkan, setiap hari ada dua dokter yang didampingi tenaga suster yang bertugas. Pos kesehatan ini dipastikan akan terus siaga selama pengungsi masih belum meninggalkan lokasi penampungan sementara.
Tak hanya itu, pihaknya mengaku telah menginstruksikan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah Kemenkes supaya berjaga-jaga menangani pasien banjir.
Hari ini, Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek bersama mengunjungi sekitar 800 pengungsi di tempat pengungsian Apartemen Gading Nias di Jalan Pegangsaan, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Mereka memberikan bantuan seperti 500 sanitasi kit dan melakukan kebersihan lingkungan dengan memberi zat-zat yang bisa membunuh kuman.
“Intinya pemerintah melalui Dinkes DKI Jakarta telah siap menghadapi ancaman penyakit pascabanjir dan Kemenkes mendukung segala bentuk masalah kesehatan,” ujarnya.
Dengan dilakukan penanganan penyakit pascabanjir sejak dini, pihaknya berharap tidak ada laporan kejadian luar biasa (KLB).