Ahad 01 Mar 2015 03:17 WIB

Begini Asal-Usul Pengunaan Cincin (1)

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indah Wulandari
Koleksi batu cincin yang dijual di Kota Suci Madinah, Jumat (9/1). (Republika/Maspriel Aries)
Koleksi batu cincin yang dijual di Kota Suci Madinah, Jumat (9/1). (Republika/Maspriel Aries)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Cincin sudah lama dikenal sebagai salah satu perhiasan yang populer sepanjang peradaban manusia. Aksesori yang satu ini kerap terlihat menghiasi jari manis kaum Hawa. Namun, tidak sedikit pula kalangan lelaki yang memakainya.

Asal-usul penggunaan cincin dalam peradaban manusia itu sendiri belum begitu jelas sampai hari ini. Meskipun demikian, beberapa kalangan sejarawan percaya bahwa benda tersebut adalah bentuk modifikasi dari segel silinder yang pertama kali dikenakan pada leher atau lengan oleh orang-orang zaman dulu.

Pada akhirnya, segel silinder itu terus mengalami inovasi dan semakin mengecil ukurannya, sehingga bisa pula dipakaikan pada jari tangan. Cincin meterai diketahui pertama kali digunakan oleh masyarakat Mesir kuno pada periode yang sangat lampau (antara 3100-332 SM).

Fir'aun yang hidup sezaman dengan Nabi Yusuf AS, memberikan cincin kepada kalangan patriarki Mesir sebagai simbol kekuasaan. Dengan kata lain, penerima cincin tersebut mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari masyarakat biasa.

“Beberapa temuan arkeologis menunjukkan, cincin setidaknya sudah dipakai oleh orang Mesir sejak periode Kerajaan Lama (2686–2181 SM). Termasuk cincin dengan desain kumbang scarab (makhluk yang dianggap suci oleh bangsa Mesir Kuno—Red),” ungkap Gerald Taylor dan Diana Scarisbrick dalam buku Finger Rings: From Ancient Egypt to the Present Day.

Menghiasi jari tangan dengan cincin mulai menjadi tradisi umum di kalangan masyarakat negeri piramida selama periode Kerajaan Pertengahan (2000-1700 SM). Desain cincin yang dipakai pun semakin kompleks dan beragam.

Selanjutnya, pada periode Kerajaan Baru (1550–1077 SM), orang Mesir juga memakai cincin berbahan fayans (sejenis keramik).

“Ketika itu, orang Mesir kuno sudah mengenal teknik modeling dan molding (pengecroan), sehingga cincin fayans pun bisa diproduksi dalam jumlah yang banyak,” jelas A Kaczmarczy.

Dari Mesir, kebiasaan memakai cincin kemudian merambah pula hingga ke peradaban Yunani kuno, Etruskan (768–264 SM), dan Romawi kuno (753 SM–476 Masehi).

“Cincin orang-orang Yunani pada zaman dulu terbuat dari berbagai bahan, seperti emas, perak, besi, gading, dan batu ambar,” tulis pakar mineral asal AS, George Frederick Kunz, dalam buku Rings for the Finger. (Bersambung)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement