REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Berlanjutnya kekhawatiran tentang kelebihan pasokan minyak mentah global menekan pasar minyak pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah persediaan Amerika Serikat melonjak ke rekor tertinggi pekan ini.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 77 sen menjadi 50,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada akhir
sesi fluktuatif, di mana WTI menghabiskan beberapa waktu di wilayah positif.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk penyerahan April, acuan internasional, melemah tujuh sen menjadi 60,48 dolara AS per barel.
Persediaan minyak mentah AS melonjak 10,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 27 Februari menjadi 444,4 juta barel, Departemen Energi AS (DoE) melaporkan pada Rabu.
Itu menandai rekor tertinggi kelima berturut-turut dalam data mingguan yang dimulai pada 1982 dan tingkat tertinggi dalam catatan bulanan selama 84 tahun, karena produsen AS menghasilkan minyak mentah 9,3 juta barel per hari.
"Apa yang kita terus lihat adalah pasar semakin meragukan tentang pemotongan besar produksi yang beberapa orang harapkan," kata Bart Melek, kepala penyiasat komoditas di TD Securities.
Para pedagang menunggu laporan rig minyak mingguan Baker Hughes terbaru pada Jumat.
Jumlah rig pengeboran yang beroperasi terus turun selama beberapa minggu, mendorong beberapa orang mengatakan bahwa produksi akan turun, tetapi penurunan rig baru-baru telah melambat.
"Sejauh gambaran pasokan/permintaan secara keseluruhan, kita melihat sedang berlangsung surplus pasokan/permintaan paruh pertama 2015 pada pesanan 1,4 juta barel per hari yang sedang dikonfirmasi oleh kenaikan tajam persediaan minyak mentah AS," kata Tim Evans dari Citi Futures dalam sebuah catatan penelitian.
"Pasar terus mentolerir pertumbuhan stok ini, tanpa terendah baru dalam harga sejak pertengahan Januari meskipun terjadi lonjakan, tapi kami bertanya-tanya apakah pasar tidak akan dipaksa untuk mengakui kelebihan yang sedang berlangsung di beberapa titik."
Sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan untuk mempertahankan kuota produksi kolektif pada 30 juta barel per hari pada pertemuan 27 November tahun lalu di Wina.
Tidak ada tanda-tanda bahwa produsen akan mengurangi produksinya dalam menanggapi kerosotan harga. OPEC meningkatkan produksinya menjadi 30,6 juta barel per hari pada Februari, menurut survei Bloomberg baru-baru ini.