REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Film-film religi yang akan dikeluarkan, khususnya di Indonesia didorong harus terlebih dahulu melalui lembaga sensor oleh orang-orang yang paham dengan nilai-nilai agama.
Sebab, meskipun sebuah film tersebut berlabel film Islam patut terlebih dahulu diperhatikan apakah mempunyai konten yang patut diterima umat Islam atau tidak.
"Kita butuh badan sensor film yang komprehensif soal pemahamam keislaman. Harus ada badan sensor film yang syariah. Supaya nilai-nilai keislaman tidak salah diterima masyarakat," kata ustaz Erick Yusuf kepada Republika, Rabu (11/3).
Erick mencontohkan, beberapa waktu lalu film mengenai Sultan Sulaiman yang ternyata digarap tidak sesuai dengan konteks sejarah Islam. Pada film tersebut, kata Erick, pihak yang tidak menyukai Sultan Sulaiman justru menggambarkan tokoh Islam tersebut sebagai raja yang gila harta dan gila perempuan.
Padahal menurut sejarah Islam yang benar, kata Erick Sultan Sulaiman, adalah sosok yang soleh dan punya kepribadian yang sangat baik.
"Peredaran film-film Islami juga harus ada yang memantau. Karena rentan untuk disalahartikan dari konteks keislaman," ujar Erick.
Untuk itu, Erick mengharapkan dalam lembaga sensor film, sebaiknya melibatkan orang-orang yang paham agama dan sekaligus paham mengenai interpretasi seni dalam sebuah film.
"Harus disensor oleh orang yang kompleks mengerti dakwah. Jangan nanti secara fikih dia paham, secara seni budaya tidak paham nanti semua bisa dikatakan haram lagi," ucap Erick.