REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah etika berdakwah menjadi titik berat pelaksanaan Training of Trainer (TOT) dakwah yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) 25-30 Mei di Jakarta. Ini karena, masih ada dai abaikan etika berdakwah.
Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis mengungkap, ada laporan dimana masih ada pemuka agama yang berdakwah dengan cara menebar kebencian pada orang-orang yang tidak sealiran dalam pemikiran.
"Jadi etika itu kan kita bisa turunkan menjadi norma, untuk menilai sejauh mana kualifikasi baik saat dia menyampaikan dakwah," tegas Nafis, Rabu (8/4).
Menurutnya, dakwah tidak hanya saja penguasaan materi, tapi lebih dari pada itu adalah penyampaian, lalu keteladanan. Seorang dai dituntut bisa memberi contoh uswatun hasanah di tengah-tengah masyarakat, tidak hanya menyeru saja.
Selain itu juga cara penyiarn ajaran agama dengan model ceramah atau dengan cara pengkajian atau dengan dakwah mulitimedia dan lain sebagainya harus beretika dan tidak menyebarkan hasutan yang dapat membuat umat bertikai.