Rabu 08 Apr 2015 17:43 WIB

Pasokan Medis Menunggu Izin untuk Diterbangkan ke Yaman

Rep: Gita Amanda/ Red: Indira Rezkisari
 Sejumlah warga sipil meninggalkan kota Aden dan Sanaa, Yaman, Senin (6/4).
Foto: Reuters/Khaled Abdullah
Sejumlah warga sipil meninggalkan kota Aden dan Sanaa, Yaman, Senin (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Berton-ton pasokan medis yang sangat dibutuhkan, menunggu izin untuk diterbangkan ke Yaman. Bersamaan dengan itu, para pekerja bantuan memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan sedang berlangsung di negara tersebut.

Palang Merah Internasional mengatakan, pengiriman bantuan medis tersebut akan menjadi yang pertama mencapai Yaman sejak awal blokade serangan udara. Juru bicara Palang Merah Internasional Sitara Jabeen mengatakan, pesawat kargo berisi 17 ton pasokan medis sudah berada di ibukota Yordania, Amman. Mereka tinggal menunggu lampu hijau dari pasukan koalisi untuk menerbangkannya. "Jika pasokan medis ini tak mencapai Yaman, kami khawatir akan lebih banyak orang tewas," kata Jabeen.

Ia menambahkan, tim bedah juga sedang menunggu izin berlabuh di pelabuhan Yaman di Aden. Namun izin belum kunjung datang, mengingat pertempuran sengit masih terjadi pada Senin (6/4) di Aden. Pertempuran tersebut membuat jalan-jalan di Aden dipenuhi mayat.

Kampanye udara koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman telah memasuki hari ke-13. Sejauh ini serangan udara masih gagal menghentikan Houthi di Aden.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa (7/4), sedikitnya 560 orang telah tewas dan 1.768 lainnya terluka akibat konflik di Yaman. Kebanyakan dari korban merupakan warga sipil.

Serangan udara memperburuk kondisi kemanusiaan di Yaman. Setidaknya 293 orang tewas sejak 26 Maret lalu. Mereka yang tewas termasuk di antaranya 74 anak-anak. Jumlah korban yang komprehensif membuat sulit untuk mengumpulkan atau memverifikasi kekerasan yang terjadi di Yaman. Namun badan-badan bantuan memperingatkan jumlah korban kemungkinan akan terus meningkat.

Perwakilan UNICEF Yaman Julien Harneis mengatakan, konflik Yaman sangat rentan bagi anak-anak. Sejumlah faksi juga menurut Harneis bahkan merekrut anak-anak di bawah usia 18 tahun untuk berperang.

"Mereka dibunuh, cacat dan terpaksa meninggalkan rumah mereka, kesehatan mereka terancam dan pendidikan mereka terganggu," kata Harneis.Kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan, mereka kehabisan persediaan dan menyerukan untuk gencatan senajata. Gencatan senjata menurut mereka perlu agar tim medis dan obat-obatan dapat segera tiba di Yaman.

Seorang relawan medis di Provinsi Ibb mengatakan, serangan udara menghantam sebuah kamp Garda Republik. Insiden tersebut menewaskan 25 orang loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement