Selasa 21 Apr 2015 23:32 WIB
WEF 2015

Myanmar Masih Khawatir Risiko dan Ancaman MEA

Rep: C87/ Red: Djibril Muhammad
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Foto: blogspot.com
Masyarakat Ekonomi ASEAN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Myanmar masih mengkhawatirkan risiko dan ancaman pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Chairman Serge Pun & Associates Myanmar sekaligus Global Agenda Council on Transparency & Anti-Corruption, Serge Pun, mengatakan, Myanmar juga ingin mendapatkan manfaat dari integrasi pasar melalui MEA.

"Tapi kami juga khawatir akan beberapa risiko dan ancaman yang menunjukkan kami tidak siap dan tidak dapat bersaing dengan perusahaan yang maju," ujar Serge Pun dalam sesi diskusi World Economic Forum on East Asia di Hotel Shangrila Jakarta, Selasa (21/4).

Menurut Serge Pun, ada beberapa keraguan dari usaha kecil menengah (UKM) karena kurangnya pendidikan dan pemahaman terkait manfaat MEA. Namun, menurutnya keraguan tersebut bisa diatasi setelah MEA dilaksanakan.

Dia menjelaskan, berdasarkan salah satu survey kepada pelaku usaha, terkait seberapa jauh pengetahuuan tentang MEA. Hasilnya, 80 persen responden tidak tahu.

"Itu cerminan tugas nyata untuk mendidik masyarakat. Dlaam forum-forum ini bicara MEA, ini memang cara terbaik, dan ada langkah-langkah. Tapi di luar sana tidak banyak masyarakat yang bicara ini," imbuh Serge Pun.

Serge Pun menambahkan, salah satu komponen penting dari MEA yakni pergerakan tenaga kerja. Saat ini, terdapat sekitar 2 juta tenaga kerja asal Myanmar yang bekerja di Thailand karena tidak ada pekerjaan di kampong halaman.

Kebanyakan tenaga kerja tersebut berkeinginna pulang kampong dan bekerja di kampong. Hal itu akan menjadi masalah bagi Thailand jika terdapat 2 juta tenaga kerja pulang kampung, karena sebagian besar tenaga kerja Thailand dari Burma.

"Kekuatan Asean banyak, Asean sekarang beda, zaman sudah berubah. Dua tahun lalu semua tidak percaya ini terjadi. Ini akan berlajut dan bermanfaat. Masa depan kita sangat cerah," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement