REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis Sepakbola Save Our Soccer, Apung Widadi mempertanyakan keberpihakan klub kepada PSSI setelah pertemuan dengan Menpora Imam Nahrawi pada Senin (27/4). Kata Apung, logikanya sangat aneh ketika klub berbalik menolak mengikuti kompetisi di bawah naungan Kemenpora.
Yang jadi pertanyaan Apung, klub malah lebih vokal meneriakan tentang pengakuan PSSI yang sudah beku ketimbang mempersoalkan bergulirnya Indonesia Super League (ISL) 2015. Padahal Kemenpora sebenarnya berusaha menjamin hak klub.
Pada poin 8 menpora menyatakan PT Liga Indonesia wajib membuka nilai kontrak komersial dengan BV Sport dan QNB. PT Liga juga harus membuka berapa pembagian hak-hak komersial yang akan diterima klub. Selan itu PT Liga juga diminta menjelaskan kapan dan bagaimana persentase pembagian hak klub yang dibayarkan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Sedangkan di poin 9 menpora menjelaskan tujuan perbaikan tata kelola sepak bola nasional dan menegakkan prinsip transparansi untuk penguatan stakeholder sepak bola khususnya pemain dan pelatih serta ofisial.
"Aneh saja rasanya, klub malah vokal meneriaki untuk mengakui PSSI yang sudah dibekukan. Sementara itu, Kemenpora sudah berupaya untuk menjamin dan membela klub-klub tersebut," kata Apung kepada ROL, Selasa (28/4)