Selasa 28 Apr 2015 19:04 WIB

IHSG Belum Beranjak dari Zona Merah

Rep: Aldian Wahyu Ramadhan/ Red: Satya Festiani
Karyawan melintas didepan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/ Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Karyawan melintas didepan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (15/4).(Republika/ Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laju IHSG tampaknya belum beranjak dari zona merah seiring masih berlanjutnya aksi jual yang menekan pergerakan IHSG. Berbalik melemahnya laju bursa saham AS berimbas negatif pada laju bursa saham Asia, termasuk IHSG yang tidak mampu melepaskan diri dari tekanan jual.

Kepala Riset NongHyup Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, sebelumnya, aksi panik jual membawa IHSG terjerembab ke zona merah dan mengembalikan posisinya ke periode Januari 2015. Di sisi lain, pelemahan yang terjadi telah menutup lunas utang gap 5342-5372. Dengan demikian, jika kondisi ini dibarengi dengan membaiknya laju bursa saham global dan berkurangnya aksi jual maka posisi IHSG pun memberikan peluang yang bagus untuk rebound.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup turun tipis 3,29 poin ke level 5.242,16 pada perdagangan saham, Selasa (28/4).

Sebelumnya, IHSG dibuka di level 5.211,14. Sedangkan, sehari sebelumnya IHSG ditutup di level 5.245,45.

LQ 45 atau 45 saham unggulan ditutup turun dua poin di level 908,65. Pada pembukaan perdagangan saham hari ini, LQ 45 bertengger di level 901,93. Sedangkan, kemarin LQ 45 ditutup di level 910,65.

Namun demikian, lanjut Reza, tetap cermati masih adanya potensi pelemahan. Di sisi lain, meski laju rupiah masih di zona merah, negatifnya laju bursa saham Asia, dan posisi asing yang masih jualan namun, dapat diimbanginya dengan mulai adanya aksi beli sehingga membuat IHSG mampu berbalik naik di akhir sesi meski belum sampai ke teritori positif. Investor asing kembali catatkan nett sell (dari net sell Rp 2,24 trilun menjadi net sell Rp 1,82 trilun).

Seperti biasa, kata dia, jelang pertemuan The Fed laju Rupiah kembali mengalami ujian. Kali ini pun pergerakannya hampir menyamai periode-periode sebelumnya jelang pertemuan The Fed. Meski kami menyangsikan akan adanya sesuatu hal yang baru terkait dengan hal-hal yang akan disampaikan oleh Gubernur Yellen, tetapi sudah menjadi historikal bagi rupiah yang cenderung melemah setiap jelang pertemuan The Fed. Laju rupiah berada di bawah target level support 12.930. Laju rupiah seperti yang kami sampaikan sebelumnya dimana penguatan yang terjadi belum cukup mengkonfirmasi penguatan lanjutan sehingga masih menyimpan adanya potensi pembalikan melemah. Meski demikian, tetap cermati dan antisipasi terhadap sentimen-sentimen yang ada. Rp 12.988-12.968 (kurs tengah BI).

 

Reza melanjutkan, imbas pelemahan laju bursa saham AS direspon negatif bagi bursa saham Asia yang berbalik melemah. Tampaknya pelaku pasar mencoba mengantisipasi jelang pertemuan BoJ dan Fed rate di minggu ini. Tidak hanya itu, mulai terkonsolidasinya pasar pasca penguatan di minggu sebelumnya hingga munculnya berita-berita negatif beberapa emiten tambang turut memberikan sentimen negatif. Tetapi, laju Nikkei mampu berbalik positif seiring ekspektasi meningkatnya nilai pembagian dividen dan melemahnya yen.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement