REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi mengatakan, industri otomotif siap mengikuti keinginan pemerintah untuk memproduksi mobil global demi meningkatkan ekspor. Akan tetapi, pemerintah harus mengikutkan industri dalam membuat kebijakan tersebut.
Menurut Sudirman, sebetulnya pemerintah sudah mendorong industri otomotif untuk memproduksi kendaraan dengan efisiensi tinggi melalui program Low Car Green Car (LCGC). Program tersebut mempunyai patokan hemat energi sebesar 20 kilometer per liter dan dinilai sudah memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi produk mobil global.
"Produk kendaraan fuel economy tinggi sudah dimulai dari LCGC dan itu bagis sekali, dan sebetulnya trennya memang sudah kesana," ujar Sudirman di Jakarta, Jumat (1/5).
Sudirman mengatakan, ada beberapa produk mobil di dalam negeri yang sudah mengarah kepada fuel economy tinggi. Akan tetapi, produk mobil Indonesia masih terkendala oleh masalah emisi gas buang karena terkait dengan penggunaan bahan bakar.
Produk yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor adalah mobil dengan penggunaan bahan bakar standar Euro 3 hingga Euro 4. Pasalnya, tren pasar otomotif di dunia saat ini mengarah kepada mobil yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan. Sedangkan, menurut Sudirman, saat ini standar penggunaan bahan bakar di Indonesia masih Euro 2 sehingga sulit untuk mengatasi permasalahan emisi gas buang.
"Apabila Pertamina siap menyediakannya dalam dua tahun Gaikindo akan mengikuti, namun kebijakan ini harus sinkron antara Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM," kata Sudirman.
Menurut Sudirman, apabila Indonesia tidak segera memproduksi mobil global maka akan berpengaruh kepada neraca ekspor industri otomotif. Selama ini Indonesia merupakan basis produksi jenis mobil MPV sedangkan di luar negeri kebutuhannya mobil sedan. Upaya terdekat yang bisa dilakukan untuk mendongkrak ekspor mobil yakni mencari pasar baru yang bisa menyerap produk MPV.