Ahad 03 May 2015 19:15 WIB

Jimmy Carter: Warga Gaza Belum Dapat Hidup dengan Layak

Rep: c07/ Red: Bilal Ramadhan
Jimmy Carter
Foto: cbsnews
Jimmy Carter

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM-- Mantan Presiden AS, Jimmy Carter mengatakan pasca delapan bulan perang berdarah di Jalur Gaza situasi di sana tetap 'tak tertahankan'. Hal tersebut ia ungkapkan saat melakukan kunjungan di Jalur Gaza.

"Situasi di Gaza tak tertahankan. Delapan bulan setelah perang yang menghancurkan, tak satupun rumah yang telah dihancurkan oleh jet tempur dan tank Israel dibangun kembali dan orang-orang tidak bisa hidup layakdengan kehormatan dan martabat sebagai manusia," kata Carter, Sabtu (2/5).

Perlu diketahui, Israel memulai perang di Jalur Gaza awal Juli tahun lalu. Serangan tersebut berakhir pada (26/8/2014) dengan gencatan senjata setelah negosiasi tidak langsung di Kairo, Mesir. Lebih dari 2 ribu warga Palestina tewas dalam serangan 50 hari yang dilancarkan oleh Israel terhadap pejuang Hamas yang juga menembakkan roket ke Israel.

Pada awalnya, Carter berencana melakukan kunjungan tiga hari di jalur Gaza seperti ke al-Quds (Jerusalem) dan wilayah Palestina yang diduduki lainnya dan bertemu dengan para pejabat Hamas, Namun perjalanan itu dibatalkan.

Ia hanya sempat mengunjungi Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah dan meletakkan karangan bunga di makam mantan pemimpin Yasser Arafat. Carter tiba di Wilayah Palestina pada Kamis (30/4), bersama mantan Perdana Menteri Norwegia Gro Harlem Brundtland, yang merupakan teman lamanya.

Dalam perjalanannya itu, Carter juga mengecam Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Menurut Carter, selama Netanhayu berkuasa maka tidak akan ada solusi antara Israel dan Palestina, karena Israel tidak pernah sungguh-sungguh dalam menemukan solusi antara kedua negara tersebut.

Carter juga tidak meminta pertemuan khusus dengan Netanyahu atau perwakilan lain dari rezim Israel. Karena menurut Carter pertemuan dengan Netanhayu hanya akan membuang-buang waktu. Oleh pemimipin Israel yang lama pun, Carter dianggap merupakan musuh dari negara yahudi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement