REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Sembilan bentukan Kementerian Pemuda dan Olaharaga (Kemenpora) mengakhiri tugasnya hari ini, Rabu (6/5). Juru bicara Tim Sembilan Gatot S Dewa Broto mengakui selama perjalanan kritikan selalu mengiringi perjalanan tim ini yang kerap dipertanyakan kualitasnya.
Gatot mengakui Tim Sembilan memang tidak paham tentang sepak bola, kecuali Ricky Yakobi (mantan pemain timnas). Namun, kata dia, paling tidak Tim Sembilan bisa memperbaiki sepak bola Indonesia lewat penataan yang baik. Sehingga mampu memberikan rekomendasi yang strategis dan dapat diterapkan Kemenpora melalui Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
"Meski Tim Sembilan tidak paham dengan sepak bola, tapi tim ini bisa melakukan penataan terhadap sepakbola Indonesia," ujar Gatot.
Kemenpora menilai semua keputusan Tim Sembilan mengacu pada undang-undang nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN). Selain itu, acuan lainnya adalah statuta PSSI, Peraturan FIFA dan AFC.
Dengan acuan itu, Tim Sembilan menyarankan kepada BOPI untuk memverifikasi sejumlah klub termasuk PT Liga. Mulai dari gaji, NPWP ataupun legalitas klub. Sehingga tidak ada lagi pemain yang menderita karena tidak digaji dan klub bisa lebih sehat lagi.
Selama bertugas, kata Gatot Ti Sembilan juga sudah mengajak beberapa pihak untuk menyelesaikan permasalahan sepak bola Indonesia. Seperti Ketua umum KOI, KONI, BOPI, Komisioner KIP, Badan Intelkam Mabes Polri, Dirjen Imigrasi, PPATK, Ketua Umum APPI, Alfero Setyawan (peneliti pengaturan skor), perwakilan suporter Slemania, Save Our Soccer, FDSI, dan PSSI. Seluruh undangan itupun juga menjadi pendukung kerja Tim Sembilan dalam memutuskan rekomendasi dan memecahkan persoalan sepak bola Indonesia.