REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan pemerintah sudah menyiapkan langkah ekstra untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal I 2015, ekonomi Indonesia tumbuh 4,7 persen atau melambat dibanding periode sama 2014 yang mencapai 5,14 persen.
Sofyan mengatakan salah satu penyebab utama melambatnya ekonomi Indonesia karena melemahnya perekonomian negara-negara tujuan utama ekspor seperti Cina dan negara-negara Eropa. Akibatnya, ekspor produk Indonesia mengalami penurunan akibat menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan.
"Ekspor tidak sesuai harapan sehingga menyebabkan ekonomi kita hanya tumbuh 4,7 persen," kata Sofyan di kantornya, Rabu (6/5).
Untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui kinerja ekspor, pemerintah akan lebih agresif mendorong ekspor ke negara-negara non-tradisional. Ini penting untuk menambah volume dan nilai ekspor yang tergerus akibat perlambatan ekonomi di negara tujuan utama.
"Ekspor ke pasar non-tradisional harus ditingkatkan. Misalnya ke negara Iran, India, dan Turki," kata Sofyan.
Selain itu, pemerintah meminta agar pemerintah daerah dapat segera memanfaatkan dana transfer ke daerah. Ini penting untuk mendorong pertumbuhan di masing-masing daerah.
Sofyan optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal-kuartal selanjutnya akan lebih baik. Hal ini karena penyerapan anggaran oleh kementerian lembaga dipastikan meningkat menyusul telah selesainya proses perubahan nomenklatur, tender, hingga pengisian DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran).
"Semua itu sudah selesai pada akhir April sehingga penyerapan anggaran seperti belanja infrastruktur, bisa jalan cepat mulai bulan ini," ujar dia.