REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pesawat tempur F-16 milik Kerajaan Maroko, yang ikut serta dalam serangan udara pimpinan Arab Saudi di Yaman, hilang sejak Ahad (10/5) sore. Insiden tersebut terjadi beberapa jam setelah mantan presiden Yaman Ali Abdullah Saleh resmi mengumumkan aliansinya dengan pemberontak Houthi.
Kantor berita resmi Maroko, MAP, melaporkan Angkatan bersenjata Maroko mengkonfirmasi hilangnya pesawat F-16 milik mereka. Pesawat yang ikut ambil bagian dalam serangan udara koalisi Saudi tersebut menghilang sejak Ahad, pukul 06.00 waktu setempat.
Pilot di pesawat jet kedua yang berada satu skuadron dengan jet hilang mengatakan, tak melihat apa pilot jet berhasil menyelamatkan diri atau tidak. Namun, pihak berwenang Maroko sedang melakukan penyelidikan terkait insiden ini.
Pada Rabu 1 April, pemerintah Maroko secara resmi menyatakan ikut bergabung dengan koalisi pimpinan Saudi untuk melancarkan operasi udara di Yaman. Maroko telah menempatkan enam pesawat tempur F 16 miliknya di Uni Emirat Arab.
Saleh dukung Houthi
Insiden pada Ahad terjadi beberapa jam setelah mantan presiden Saleh secara resmi mengumumkan aliansinya dengan pemberontak Houthi. Ini merupakan pengumuman resmi yang pertama dibuat Saleh, setelah koalisi Saudi meluncurkan dua serangan udara ke rumahnya di Sanaa.
Mantan presiden yang selama ini dituduh mendukung Houthi tersebut menantang koalisi Saudi. Ia menggambarkan operasi udara Saudi sebagai tindakan pengecut. "Anda harus terus membawa senjata Anda, siap mengorbankan hidup Anda untuk bertahan menghadapi serangan-serangan agresif. Jika Anda cukup berani, datang dan hadapi kami di medan perang," kata Saleh.