Selasa 12 May 2015 09:08 WIB

PBB Desak Gencatan Senjata Ditaati Pihak yang Berkonflik di Yaman

Militan Houthi yang kini menguasai Yaman.
Foto: AP Photo
Militan Houthi yang kini menguasai Yaman.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pemimpin organisasi kemanusiaan PBB Valeri Amos pada Senin (11/5) mendesak semua pihak dalam konflik Yaman agar melaksanakan gencatan senjata kemanusiaan lima-hari dan memberi rakyat Yaman waktu istirahat.

"Mengingat situasi kemanusiaan yang memburuk di lapangan di Yaman dan ratusan ribu warga sipil yang rentan terjebak di tengah pertempuran dan tak memperoleh akses ke bantuan penyelamat nyawa, penting bahwa jeda ini terwujud," kata wakil Sekretaris Jenderal PBB bagi Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat tersebut, di dalam satu pernyataan yang dikeluarkan di Markas Besar PBB, New York, AS.

Dia mengatakan, jika jeda dalam pertempuran, yang dijadwalkan dimulai pada Selasa, dilaksanakan oleh semua pihak dalam konflik tersebut, itu akan memungkinkan pekerja PBB dan mitranya meningkatkan kegiatan.

"Anggota staf penting internasional kembali ke Yaman," kata Amos, sebagaimana dikutip Xinhua, dipantau Antara di Jakarta, Selasa (12/5) pagi.

"Kami dapat mengirim lebih banyak jatah makanan, menyediakan perawatan medis buat orang yang sakit dan cedera dan memastikan pasokan air bersih sampai ke rumah dan ruma sakit. Kami memerlukan jaminan keamanan dan dukungan logistik guna memungkinkan kami melakukan ini."

Di dalam satu taklimat bersama Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir pada Jumat (8/5) mengatakan gencatan senjata direncanakan dimulai pada Selasa malam dan pelaksanaannya dilakukan melalui kerja sama dengan kelompok Al-Houthi.

Utusan Khusus PBB buat Yaman Ismail Ould Cheikh Ahmed direncanakan kembali ke Ibu Kota Yaman, Sana'a, Selasa, sebelum jeda kemanusiaan yang diumumkan itu, kata Juru Bicara PBB Farhan Haq dalam satu taklimat di Markas Besar PBB. Cheikh dijadwalkan bertemu dengan gerilyawan Al-Houthi dan pihak lain di Yaman.

Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi pada 26 Maret melancarkan operasi pemboman terhadap kelompok Syiah Yaman, Al-Houthi, dan pasukan yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, yang memaksa Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi melarikan diri ke Arab Saudi. Tujuan serangan koalisi militer pimpinan Arab Saudi tersebut ialah untuk memulihkan Pemerintah Yaman.

Jumlah korban jiwa akibat pertempuran dan serangan udara itu telah mencapai lebih dari 1.200 orang, sementara lebih dari 3 ribu orang lagi cedera di seluruh negeri itu, demikian statistik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Yaman.

Ratusan ribu orang, terutama di wilayah Selatan, meninggalkan rumah mereka setelah petempur Al-Houthi memasuki berbagai provinsi di Yaman Selatan untuk memerangi pendukung Hadi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement