REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- ISIS kembali melakukan penyerangan di kota Samarra, Irak pada Senin (1/6). Sebanyak 38 polisi Irak tewas dan 46 orang terluka dalam peristiwa tersebut. Serangan terjadi pada pukul 03.00 waktu setempat.
Pejabat militier dan kepolisian Irak mengatakan, ISIS melakukan penyerangan menggunakan tank berisi bahan peledak yang mereka bawa sampai markas kepolisian Irak. Bom tersebut menimbulkan ledakan besar pada sebuah gudang amunisi di dalam markas.
Menurut mereka sudah ada penjaga ditempatkan di pintu masuk pangkalan untuk menghalau tank tersebut namun tidak bisa untuk menghentikannya.
"Pembom bunuh diri menabrakkan tiga kendaraan berisi bahan peledak ke satu markas di daerah Tharthar. Dan jalan tersebut menghubungkan Kota Falluja dan Samarra," ujar pejabat militer dikutip dari BBC, Selasa (2/6).
Lokasi tersebut merupakan pertahanan militer Irak untuk memutus rantai pasokan logistik ISIS dari Sammara ke Ramadi, Provinsi Anbar, di mana pada dua pekan lalu ISIS berhasil menguasai kota Ramadi. Adapun kelompok sukarelawan dari milisi Syiah dukungan Iran sudah melakukan operasi untuk menguasai kembali Ramadi.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak, Haider al Abadi mengecam tindakan ISIS. Ia bersumpah akan melakukan serangan balasan kepada ISIS untuk mengambil alih kota tersebut. Namun, sekutu Irak dari kelompok Syiah menginginkan agar serangan balik dilakukan setelah pembersihan ISIS di Provinsi Salahuddin.
Bala bantuan pun sudah dikirimkan dari angkatan Kepolisian Federal Irak, yang berbasis di dekat Samarra.
Seorang pejabat pertahanan mengatakan kepada CNN, AS telah mulai mengirimkan senjata anti-tank yang dijanjikan ke Irak untuk melawan ISIS. AS berjanji mengirimkan 2.000 AT4s. Menurut pejabat itu, semua tank telah tiba, namun ia menolak mengatakan tank itu berada di mana.
Dari 2.000 tank, 1.000 diberikan kepada pemerintah Irak. Koalisi pimpinan AS mengambil langkah yang tidak biasa menjaga kontrol dari sisa, yang akan digunakan untuk pelatihan "dan kontinjensi," kata pejabat itu.