REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Malaysia Airlines terpaksa merumahkan sekitar 6000 karyawannya. Manajer Malaysia Airlines Bandara Soekarno - Hatta, AB Sukor Saleh mengkonfirmasi kebenaran hal tersebut. "Kami lakukan itu untuk mengefisienkan perusahaan," terang AB Sukor Saleh saat ditemui dikantornya, Jumat (5/6) di Tangerang.
Saleh menerangkan Malaysia Airlines secara global mengurangi jumlah pegawai dari 20.000 pegawai menjadi 14.000 pegawai. Namun kata Saleh, pegawai Malaysia Airlines di Indonesia tidak mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tersebut.
"Jumlah karyawan di Indonesia ada sekitar 70 orang," ungkapnya.
Saleh menjelaskan Efisiensi karyawan itu terpaksa dilakukan untuk mengurangi beban biaya (cost) yang harus dikeluarkan maskapai. Jelasnya, para pegawai yang dipensiunkan itu adalah mereka yang sudah berusia lanjut dan yang bertugas di departemen yang kini dihilangkan.
Malaysia Arlines mengalami dua peristiwa beruntun pada 2014 kemarin. Peristiwa HM 370 yang hilang pada Maret dan MH 17 yang tertembak peluru kendali Ukraina pada bulan Juli. Saleh menerangkan insiden yang menimpa Malaysia Airlines membuat perusahan penerbangan tersebut mengalami penurunan jumlah penumpang. Hal tersebut berimbas pada kelangsungan perusahaan tersebut.
"Saat ini kami hanya melayani sekitar 960 orang per harinya," terang Saleh.
Penurunan jumlah penumpang mengancam kelangsungan Malaysia Airlines. Bahkan maskapai asal Malaysia tersebut semapat diisukan bangkrut. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan CEO Malaysia Airlines, Christoph Mueller. "Secara teknis kami bangkrut," ungkap Christoph Mueller seperti dikutp BBC.
Namun Saleh membantah kabar kebangkrutan tersebut. Jelasnya, Malaysia Airlines hanya mengefisiensi jumlah pegawai dan menutup tiga kantor cabang kami di negara yang dinilai tidak produktif.