REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Ekspor Cina turun dalam tiga bulan berturut-turut pada Mei. Hal itu dipengaruhi melambatnya permintaan di dalam negeri. Ekspor turun 2,5 persen dari tahun lalu dalam hitungan dolar AS, dan 2,8 persen dalam angka yuan.
Kedua angka tersebut ekspektasi, tapi impor yang tergelincir telah memicu kekhawatiran di ujung negeri. Impor anjlok 17,6 persen dalam dolar AS, sementara dalam yuan jatuh 18,1 persen.
Ekonom JP Morgan Zhu Haibin mengatakan, data Senin (8/6) menunjukkan perekonomian akan berjuang keras untuk memenuhi target pertumbuhan perdagangan pemerintah bahkan dengan kenaikan ekspor.
“Impor kita masih jauh lebih lemah dari yang diharapkan. Ekspor baik-baik saja, meskipun kita masih berbicara tentang penurunan tahun ke tahun, tetapi dalam hal momentum ekspor sedikit pulih setelah runtuh pada bulan Maret,” ujarnya kepada Reuters, seperti dilansir BBC, Senin (8/6).
“Tahun ini pemerintah menyiapkan target pertumbuhan perdagangan di 6 persen, yang pada saat ini, masih mungkin untuk dicapai, terutama dengan impor yang lemah,” imbuhnya.
Permintaan domestik di Cina terus melemah meskipun langkah-langkah stimulus dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral untuk mendorong pertumbuhan.
Bank sentral Cina telah menurunkan suku bunga bulan lalu, yang merupakan ketiga kalinya dalam enam bulan. Hal itu dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Penurunan impor menyebabkan surplus perdagangan Cina menjadi 59,5 miliar dolar AS pada bulan Mei, naik hampir 75 persen dari April.